Rasanya sudah cukup lama tidak menuliskan perjalanan hunting malam berbintang. Banyak alasan salah satunya kesibukan menekuni dunia diving jadi berjalan-jalan ke gunung jadi mulai berkurang. Waktu untuk berkumpul dengan teman-teman yang sehobi juga makin agak susah karena kesibukan masing masing, dan juga cuaca yang masih belum selalu cerah hingga pertengahan tahun ini. Jadi ketika pas pulang libur lebaran ini dan kontak teman-teman buat begadang milky way ada beberapa yang bisa, ya kita cuss malam kemarin menuju ke Gancik, Boyolali.

Rencana berangkat pukul sembilan malam, kumpul di rumah. Tapi seperti biasa selalu ada alasan untuk mundur dari waktu yang sudah ditentukan hahaha. Marsono datang pertama dengan tas carier 70 L full berisi bekal untuk sahur teman-teman nanti. Ketika saya coba angkat ranselnya, bujug beratnya. “Yang bikin berat itu nasi buat sahur nanti bek” ucap Marsono memberikan alasan kenapa perjalanan cuma semalam bawa ransel berat. “Kasihan nanti kalau ndak sahur pakai nasi, bisa pada lapar pas puasa” imbuhnya lagi.

Sebenarnya rencana awal untuk hari ini adalah ke gunung Lawu lewat jalur cetho dan bermalam di sabananya. Tapi karena sudah lama ndak naik gunung dan ndak punya sepatu gunung lagi, selain itu tanpa persiapan fisik juga, maka rencana jalan jalan di gunung lawu dialihkan menjadi yang lebih sedikit bersahabat untuk fisik. Pilihan ke Gancik cukup menarik, karena tidak terlalu jauh dari rumah, masih bisa dijangkau dengan motor hingga di pertengahan jalan dan juga bisa mendapat background gunung merapi.

Dari diskusi di grup whatsapp, terkumpul 7 orang yang berminat ikut. Sebenarnya ada juga yang lain ingin bergabung, tapi biasa karena mendadak info siang hari berangkat malam hari banyak yang ndak bisa ikutan.

Berangkat jam setengah sebelas malam, mampir makan dulu di warung nasi liwet perempatan kartasura buat mengisi perut sembari menunggu om Leonard yang menyusul bergabung untuk hunting malam itu. Setelah perut terisi cuss kita ke Gancik dengan 5 motor membelah jalur Solo Boyolali yang belum terlalu padat dengan arus mudik.

Aspal hotmix yang mulus menemani perjalanan hingga ke Selo, walau di beberapa titik masih ada ruas jalan yang sedikit bergelombang. Berhenti sebentar di pasar Cepogo. “Leren sik Lik, kae Tandur ngantuk pesen kopi sik”

milky way dari pasar cepogo
milky way dari pasar cepogo

Motor matic yang jarang digunakan untuk menanjak mulai harus digeber ketikaselepas Selo, berbelok menuju jalan ke desa Gancik. Beberapa kali Dwi “Kebo” musti meloncat dari boncengan ketika motor sudah meraung keras tapi tidak juga beranjak naik. Siap siap untuk olahraga di malam hari karena selepas ini ada beberapa jalan yang cukup menanjak dan pastinya motor matic lama ini ndak bakalan bisa melibas dengan dua penumpang.

milky way di atas gunung merapi
milky way di atas gunung merapi

Siluet segitiga gunung Merapi menyambut kedatangan kami sekitar pukul setengah satu di pertengahan Gancik. Sembari menunggu beberapa teman yang masih harus berjalan menuju titik kumpul. Bentangan milky way sudah tegak lurus di sebelah kanan puncak gunung Merapi. Gugusan ratusan ribu bintang yang seperti kabut putih memanjang terlihat seperti tonggak di atas Gunung Merapi.

Marsono yang membawa tas ransel sudah duluan berjalan kaki menuju puncak Gancik. “Jalan duluan, supaya bisa merebus daging pemberian orang tua murid untuk sahur nanti ya” ucapnya sembari menghilang di telan gelapnya jalan tanpa lampu penerangan. Kami di bawah masih menjepretkan beberapa frame keindahan malam sebelum kemudian menyusul Marsono.

Jalan beton berliku dan menanjak menuju puncak Gancik menyambut langkah kaki kami yang perlahan tapi tak pasti ini. Lumayan bikin otot kaki menegang karena walau cuma hanya satu bukit tapi cukup curam. Itupun jalan sudah dibikin berkelok kelok, tapi masih juga membuat kami beberapa kali harus mengistirahatkan kaki.

“Kayaknya bagus nih, ada jalan bisa jadi leading line ke arah milky way” ucap Dwi “Kebo” sesaat ketika kami beristirahat di tikungan terahkir sebelum sampai ke puncak Gancik. Keluarkan tripod, kamera dan mengatur komposisi, jepret. Sayang gunung Merapi kalau dari posisi ini kurang terlihat karena tertutup selain itu juga ada kawat melintang yang sedikit mengganggu komposisi. “Coba ambil posisi di sana bow, lumayan buat jadi POI” imbuhku sembari mengarahkan Dwi “Kebo” sedikit maju di jalan.

milky way di perjalanan
milky way di perjalanan

Begitu sampai di atas, Icuk dan Leonard ternyata sudah siap dengan kamera di atas tripod. Marsono sudah mulai dengan kegiatan masak memasak. Merebus daging untuk menu makan sahur nanti. Catur dengan kamera dan lampu mini amaran nya sudah sibuk dengan pengambilan footage untuk vlog nya. Begitu juga dengan Adit “Negro” yang mulai menyelami dunia vlog sibuk mengambil video dengan lampu flash yang ternyata bisa juga digunakan untuk lampu penerangan. Sementara Tandur yang ternyata tidak berniat motret malam, duduk menemani Marsono “saya tak motret pas pagi saja lik”

posisi milky way mulai condong ke barat
posisi milky way mulai condong ke barat

Posisi milky way mulai bergeser dari vertikal bergerak miring ke barat. Posisi di puncak Gancik ini ternyata kurang maksimal untuk memotret milky way karena ketika di posisi mendatar ke arah barat tertutup punggungan bukit. Pun dari puncak Gancik yang bagian paling atas ini gunung Merapi juga tertutup tidak terlihat keseluruhan. Jadi kalau untuk hunting milky way berikutnya cukup dari titik pertengahan tadi malahan, bisa dapat milky way terbit, tegak lurus dan terbenam.

Untuk perjalanan hunting malam ini sengaja membawa beberapa peralatan yang berbeda. Olympus omd em5 mark ii ditandem dengan lensa canon 70-200 mm f/4 dan canon 6D dipasang lensa samyang 14mm f/2.8. Dua tripod, trecker dan beberapa perlengkapan tambahan.

Canon 6D + samyang 14 mm dipasang di tripod dan diseting untuk memotret pergerakan milky way. Sedangkan olympus omd em5 mark ii + canon 70-200 mm diarahkan untuk memotret deep sky object. Dan paling mudah di cari Lagoon Nebula dan Trinid Nebula yang berada di bagian inti milky way.

Lagoon Nebula dan Trinid Nebula

Sedikit kesulitan terutama untuk mengatur manual focus menggunakan live view. Berbeda dengan lcd canon 6D yang untuk mencari fokus secara manual ketika memotret malam cukup mengarahkan ke obyek terang, misalnya bintang. Zoom 10x dan atur supaya fokus dengan mengatur supaya bintang terlihat paling jelas. Sedangkan menggunakan omd em5 mark ii ini saya coba arahkan ke bintang ternyata tidak ada yang terlihat di lcd kamera.

“pakai LCD boost itu om, nanti bisa keliatan bintangnya” icuk yang sudah lama menggunakan olympus memberi arahan ketika saya berguman gimana cari fokus. Ternyata di menu kita bisa mengatur tampilan lcd, dari normal menjadi lebih kuat untuk pemotretan di cahaya rendah. Seepp.. satu masalah terpecahkan.

milky way core

Cuma setelah itu tenyata agak susah juga mencari fokus yang benar benar fokus kalau tidak di zoom. Karena semalam belum ketemu ya jadinya mengira-ira titik fokusnya. Tapi sembari menulis artikelnya ini sambil browsing cara mencari titik fokus dengan zoom ketika menggunakan lensa manual untuk kamera olympus. Tenyata ada caranya, tapi harus mengatur zoom di tombol tersendiri. Dan setelah dicoba ternyata berjalan lancar.. bahkan bisa menggunakan electric view finder ndak hanya di lcd saja bisa menggunakan zoom. Seepp.. tinggal banyak-banyak dicoba aja dipraktekan nanti berarti.

boyolali dan solo dari gancik
boyolali dan solo dari gancik

Acara sahur bersama pun dimulai. Nasi yang dihampar di plastik ditaburi daging olahan chef Marsono dan lalapan yang dibeli di pasar pun segera dinikmati. Sederhana tapi bermakna, hunting milky way hingga sahur bersama dan tinggal menunggu matahari terbit.

gunung lawu berbalut cahaya kota
gunung lawu berbalut cahaya kota
menjelang pagi gancik
menjelang pagi

Semburat kuning oranye sudah mulai memancar di ufuk timur. Bulan sabit yang sudah terlebih dahulu terbit mulai terbias birunya langit. Sebentar lagi mentari terbit, menggantikan bintang yang sudah mulai pendar cahayanya.

bulan sabit pagi tadi
bulan sabit pagi tadi

Bulatan sempurna sang surya membuka pagi ini. Langit yang nyaris tak berawan menyapa pagi di kaki Merbabu. Sementara gunung Merapi yang minggu kemarin sempat beberapa kali memunculkan letusan freatik, terlihat tenang.

selamat pagi sang surya
selamat pagi sang surya
gunung lawu dari gancik
gunung lawu dari gancik

Selepas  itu kami menikmati pagi sembari mengabadikan dalam jepretan kamera.

gancik hill top
gancik hill top
mencari komposisi terbaik
mencari komposisi terbaik
mengabadikan pagi
mengabadikan pagi

Sekitar pukul 7 pagi kami pun melangkahkan kaki meninggalkan puncak gancik, menuruni jalan sembari menyapa para penduduk yang sudah dari tadi bekerja di kebun mereka.

puncak merapi yang tenang
puncak merapi yang tenang
pasar bubrah dan puncak merapi
pasar bubrah dan puncak merapi
merapi pagi tadi
merapi pagi tadi

Selamat pagi Merbabu – Merapi, semoga dalam waktu dekat ini bisa kembali begadang hunting malam.

TIPS BERBURU MILKY WAY di PUNCAK GANCIK

  • Bawa baju hangat, karena biasanya menjelang pagi hawa cukup dingin.
  • Sepertinya posisi di tengah Gancik lebih cocok untuk hunting milky way dengan latar belakang gunung Merapi dibandingkan di puncak Gancik
  • Jangan buang sampah sembarangan ya, ada cukup banyak tempat sampah yang tersedia di sana.

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *