Yang namanya danau pastinya penuh dengan air kan ? Biasanya memang begitu sih, Danau Sentarum juga begitu, normalnya air melimpah memenuhi puluhan danau dengan luasan 30 ribu hektar ini. Saya pertama berkunjung ke Danau Sentarum tahun 2005 dan hampir tiap tahun berkesempatan untuk berkunjung ke Danau Sentarum. Tapi biasanya ke sana pas lagi air pasang. Baru hari ini, setelah 14 tahun bisa berkeliling Danau Sentarum dengan menggunakan sepeda motor. Kering euy

sentarum di kala “normal”

Danau Sentarum memang mempunyai dua musim. Air pasang dan air surut. Biasanya kalau kemarau cukup panjang permukaan danau akan berkurang dan hanya menyisakan beberapa aliran sungai, padahal biasanya air melimpah memenuhi hingga merendam pohon-pohonan.

Saya yang biasanya ke Danau Sentarum di akhir tahun biasanya memang pas bertepatan dengan air pasang. Jadi foto-foto yang diambil ya foto danau biru dengan permukaan air yang memantulkan pemandangan sekitarnya.

Nah begitu dapat kabar kalau permukaan danau kering bulan ini, saya tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk melihat sendiri seperti apa sih danau sentarum di musim kemarau.

“Kita bisa naik motor hingga pulau Melayu mas” Deny menambahkan bahwa beberapa waktu yang lalu dia naik motor ke pulau Sepadan yang tidak terlalu jauh dari Pulau Melayu.

Berbekal motor matic pinjaman dari Lili, penjaga homestay Lanjak. Saya bermotor dengan Deasy, staff Riak Bumi yang juga sudah 13 tahun ke Danau Sentarum tapi sama sekali belum pernah mengalami musim kemarau. Kami bersiap untuk melihat Danau Sentarum di musim kemarau ini. “Pakai helm mas, biasanya debu banyak” nasehat mereka sebelum kami berangkat dari penginapan Lanjak.

berhenti sebentar di tempat yang dulunya dasar danau

Motor melaju melewati pasar Lanjak menuju ke Dermaga Lanjak. Biasanya motor bandong Riak Bumi yang kami gunakan sebagai tempat tinggal selama kegiatan di Danau Sentarum akan bersandar di dermaga. Tapi kali ini dermaga surut, sungai lebar yang biasa diarungi puluhan speed boat kali ini hanya menyisakan sedikit air di dasarnya. Beberapa speed boat tampak tertambat pasrah di dasar sungai.

Dermaga Lanjak juga mengering, jalan tanah lebar terbuka di sebelah kanan dermaga, mengular menuju ke danau Sentarum. Beberapa sepeda motor melaju mendahului kami yang terpesona dengan kondisi Danau Sentarum di musim kemarau ini. Kemana perginya beribu ribu liter air yang biasanya saya jumpai ya ?

Di perjalanan awal kami menyusuri jalan yang cukup lebar, masih bisa dilewati oleh mobil. Tapi cuma sampai ke satu titik dimana “dihadang” oleh sungai dan hanya bisa dilewati melalui jembatan kecil. Motor bisa lewat, mobil jangan harap.

Setelah itu kami banyak melewati jembatan-jembatan darurat yang dibikin dari kayu yang disusun di atas sungai kecil. Pemandangan di sepanjang perjalanan diisi dengan pohon-pohon kerdil. Biasanya pohon-pohon ini terendam air dan hanya keliatan bagian daun-daunan atasnya. Tapi musim kemarau ini kami bisa melihat dasar danau yang saat ini diisi rumput menghijau dan juga tanah lumpur yang kering kerontang.

Sesakali kami melewati sungai yang cukup lebar, yang tidak difasilitasi oleh jembatan darurat. Jadilah kami menyeberangi sungai dengan motor matic dengan berhati-hati, berharap tidak salah jalur dan masuk ke dasar sungai yang dalam.

Kami melewati rumah-rumah sementara (lanting) yang biasa digunakan oleh masyarakat sebagai tempat sementara mencari ikan. Biasanya lanting berupa rumah kayu yang mengapung di atas permukaan air. Tapi kali ini, lanting cuma teronggok di pinggiran sungai. Ditinggalkan selama musim kemarau.

sungai kecil yang masih berisi air

Selepas melewati lanting, kami melanjutkan perjalanan melewati padang rumput yang luas. Beberapa bekas ban sepeda motor yang melewati sebelumnya membentuk jalur-jalur yang saling tersambung.

Di depan kami, pulau Sepadan sudah terlihat, tapi masih cukup jauh. Kami berhenti di salah satu tempat yang mirip dengan pasir dilihat dari kejauhan. Tapi begitu mendekat ternyata tanah berlumpur kering yang berwarna abu-abu. Mungkin karena lumpur yang cukup tebal sehingga tidak ada rumput yang tumbuh di atasnya.

Saya menerbangkan drone mavic pro di bawah rumpun pohon, menghindari sengat matahari yang cukup panas walau dari pagi tadi danau sentarum tertutup kabut. Tapi tetap terasa panas kalau berdiri diam tanpa terlindung sesuatu.

pulau Sipadan di ujung sana

Dari ketinggian saya bisa melihat sungai-sungai yang meliuk melewati padang rumput dan kumpulan rimbunan pepohonan pendek.

padang rumput yang biasanya dipenuhi air

Di ujung sana terlihat punggungan bukit Lanjak yang samar tertutup kabut, di arah berlawanan siluet pulau Sepadan.

pohon pohon rawa di dasar danau

Cerita tentang danau Sentarum dengan tanah kering kerontang yang saya lihat dari salah satu foto Bang Zul, salah satu seniman di awal tahun 2005 dulu akhirnya bisa saya nikmati dan abadikan melalui sensor kamera sendir. Senangnyaaaaa…

tanah kering kerontang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *