Begitu mendengar Wakatobi yang pertama kita bayangkan pasti keindahan bawah lautnya. Sebagai salah satu wilayah yang berada di tengah coral triangle, seharusnya dipenuhi dengan terumbu karang beraneka ragam dan warna. Jadi kalau sudah sampai ke Wakatobi dan tidak diving sepertinya ada yg kurang donk. Tapi gimana kalau belum punya lisensi ? untuk diving kan butuh lisensi ? masak sebelum ke Wakatobi musti kursus diving dulu ? gimana kalau sudah tinggal beberapa hari lagi berangkat ke Wakatobi ? ada solusinya kah ? Trus, aman ndak diving kalau belum punya lisensi ? Solusinya mencoba Discovery Scuba Diving di Wakatobi yuk !

diving di wakatobi

Memang kalau pengen menikmati keindahan bawah laut secara lebih leluasa, disarankan untuk mempunyai lisensi minimal open water terlebih dahulu. Karena ketika mengambil lisensi open water kita akan belajar dasar-dasar diving, baik teori maupun praktek.

Praktek pun di kolam dan di laut. Jadi sebelum turun ke laut kita akan mengetahui dan menguasai kemampuan dasar diving. Karena bagaimana pun juga diving merupakan salah satu aktivitas berbahaya dan butuh prosedur standar dan keamanan yang cukup ketat.

Kalau punya lisensi diving kita akan bisa menjelajahi keindahan bawah laut didampingi buddy kita dengan maksimum kedalaman hingga 18 meter. Tapi kalau memang kepepet kita pengen diving dan belum ada waktu untuk mengambil kursus open water, alternatifnya adalah dengan mengambil program try scuba atau discovery scuba diving (DSD).

Lewat Try Scuba, kita akan diajari dasar menyelam. Mulai dari menggunakan masker, bernafas dengan menggunakan regulator ketika berada di dalam air dan cara equalisasi (adaptasi tubuh dengan tekanan air). Dan kita akan langsung diajak nyemplung ke laut. Tapi tenang ketika berada di bawah air, kita akan dipandu oleh instruktur diving kok.

Ndak perlu takut, kita akan mencoba di permukaan air terlebih dahulu. Setelah merasa cukup nyaman kita akan diajak turun di kedalaman sekitar 1-3 meter untuk mencoba bernafas dan equalisasi. Jika dirasa tidak ada masalah dan cukup nyaman kita akan diajak untuk turun lagi menjelajahi keindahan terumbu karang di bawah laut.

Tapi maksimal kedalaman untuk Try Scuba atau DSD hanya 10 meter. Tapi itupun sudah lebih cukup untuk merasakan pengalaman bernafas di dalam air dan merasakan keindahan bawah laut Indonesia.

Dimana bisa Try Scuba di Wakatobi ?

Nah di Wakatobi, beberapa dive center menyediakan fasilitas Try Scuba untuk para wisatawan yang berkunjung ke Wakatobi. Salah satunya adalah dive center yang dikelola oleh Lepa Mola di Wangi-Wangi.

Setelah kami selesai melakukan “perburuan” lumba lumba di habitat mereka di sekitar pulau Kapota, kami melanjutkan dengan program Try Scuba karena salah satu teman kami tertarik untuk mencoba menyelam mumpung pas di Wakatobi.

Spot yang mereka pilih tidak terlalu jauh dengan lokasi kami melihat lumba-lumba, jadi tidak perlu butuh waktu cukup lama. Sekitar kepulauan Wakatobi memang banyak spot spot diving jadi kita tidak perlu kawatir kekurangan tempat buat menyelam selama di Wakatobi.

Selama di kapal, pak Albal, dive master yang menjadi pemandu kami memberikan instruksi mengenai cara bernafas dengan regulator, jangan tahan nafas, tetapi bernafas seperti biasa melalui mulut. Jangan panik. Jangan lupa untuk equalisasi setahap demi setahap ketika turun semakin ke bawah.

Dewi dari TelusuRi mendengarkan dengan seksama sembari menyiapkan wetsuit dan pemberat yang akan dipakainya untuk menyelam. Saya dan Yudhi turun duluan untuk menyiapkan kamera yang akan kami gunakan untuk membuat dokumentasi foto dan video try scuba di wakatobi kali ini.

Siap turun

Setelah semua peralatan menyelam BCD, masker, pemberat dan fin siap, maka Dewi turun ke bawah dengan menggunakan metode back roll, turun dari kapal dengan cara koprol ke belakang dengan peralatan lengkap. BCD dalam posisi positif, masker terpasang di wajah, regulator sudah siap di dalam mulut dan bernafas secara normal. Sabuk pemberat sudah terikat di pinggang dan fin sudah terpasang. Tangan kanan memegang regulator dan masker supaya ketika turun tidak terlepas, dan tangan kiri memegang gauge di depan perut supaya ketika turun tidak terbelit sesuatu. Dan ketika sudah siap, Dewi mulai memiringkan badan ke belakang dan membiarkan gravitasi membawanya turun melewati permukaan laut. Byurrrrrr

Sensasi ketika badan bertemu dengan air laut, tubuh yang perlahan melewati permukaan laut dan tenggelam, gelembung udara yang keluar dari regulator ketika kita menghembuskan nafas kita, dan tubuh kita yang kemudian bereaksi membalikan kepala dari bawah ke permukaan laut. Setelah itu sinyal tangan membentuk lingkaran di atas kepala memberikan tanda OK kepada teman-teman di perahu.

Setelah posisi tenang, coba bernafas secara teratur melalui regulator sembari menyelupkan kepala ke bawah air. Bernafas normal seperti ketika kita bernafas di darat, bedanya cuma kali ini kita menggunakan peralatan regulator yang menyuplai udara ketika kita menarik nafas. Awalnya agak canggung, apalagi kalau terbiasa menghirup udara dengan hidung. Tapi cuma butuh membiasakan sebentar dan kita sudah siap bernafas di dalam air.

Menyelam, bukan berenang

Beberapa “kesalahan” yang baru pertama mencoba Try Scuba adalah kebiasaan berenang dipakai untuk menyelam. Kedua tangan bergerak mengayuh. Padahal untuk diving kita tidak perlu harus mengayuh kedua tangan untuk maju seperti berenang. Cukup dengan menggunakan kedua kaki yang dibantu fin untuk mengatur gerakan.

Salah satu kunci di dalam air adalah bersikap normal. Tidak usah terlalu banyak aktivitas berlebih karena hanya akan menguras energi kita. Tak perlu juga tangan bergerak seperti ketika kita berenang. Tangan ke depan sejajar tubuh, supaya tubuh sejajar sehingga tubuh kita selaras dengan arus air yang mengalir.

Equalisasi

Begitu sudah terbiasa bernafas di dalam air, Dewi mulai diajak turun oleh pak Albal perlahan. Tekanan air semakin ke dalam semakin bertambah besar. Jadi tubuh kita perlu beradaptasi dengan tekanan air sekitar dengan ekualisasi. Cara yang paling sering dilakukan oleh para pemula yang belajar menyelam adalah dengan cara memencet hidung dan atau menggerakan geraham. Jangan ditekan terlalu keras, secukupnya saja. Usahakan untuk melakukan equalisasi secara bertahap sembari turun perlahan. Jangan menunggu kita mengalamami sakit di telinga dulu baru kita paksakan untuk equalisasi.

Kalau kita kesulitan equalisasi, berhenti dulu, jangan dipaksakan untuk turun semakin dalam. Coba pencet hidung perlahan, atau gerakan geraham. Nanti biasanya akan timbul bunyi seperti udara yang keluar dari lubang, cuuuuiuuuuutttt. Dan hidung dan telinga kita akan terasa plong.

Tapi kalau sudah dicoba dan tetap mengalami sakit di telinga, kasih tanda dengan menggoyangkan tangan dan menunjuk ke arah yang ada problem. Setelah itu coba untuk naik sedikit dan coba lagi perlahan untuk equalisasi. Jangan dipaksakan karena akan berakibat kurang baik untuk telinga kita.

Kalau sudah mentok dengan naik sedikit dan tetap tidak bisa equalisasi, berikan tanda kepada dive master atau instruktur yang menuntun kita. Tidak semua orang bisa melakukan equalisasi di penyelaman pertama, apalagi kalau dalam kondisi kurang fit. Lebih baik membatalkan penyelaman daripada nanti malah terjadi sesuatu yang kurang bagus dengan badan kita. Beruntung Dewi tidak mengalami kesulitan dengan equalisasi sehingga setelah terbiasa, mulai turun dan turun semakin dalam.

Enjoy Bawah Laut

Di bagian awal diving, di tempat kita turun dari kapal berupa dasar dengan kedalaman sekitar 3 meter. Setelah bergerak keluar, langsung bertemu dengan wall, sebuah tebing tegak lurus yang langsung menurun hingga kedalaman lebih dari 30 meter. Kalau kita lihat dari atas, warna air laut yg di permukaan datar berwarna biru muda, dan ketika bertemu wall, air laut berwarna biru tua. Dulu ketika saya masih sekedar snorkling, begitu melihat lautan dalam berwarna biru saya akan langsung buru buru balik arah karena takut. Tapi sekarang setelah diving, wall merupakan hal yang dinanti, karena di sepanjang dinding wall banyak terdapat obyek yang menarik.

Selamat menikmati keindahan bawah laut wakatobi pertama kali ya !! Semoga tidak kapok dan bertambah semangat untuk menikmati keindahan bawah laut di tempat tempat lain di Indonesia.

Kalau ada yang berminat buat diving tapi masih bingung mau mulainya gimana, atau pengen dive trip dan bawa pulang foto2 diving yang menarik bisa kok kontak2 kami.

Comments

  1. Sebuah tuisan yang harus saya komentari.

    Diving tanpa lisensi harusnya di larang dan sepertinya sudah menjamur di Indonesia seperti di Tulamben dan Padangbai (Bali) yang sempat saya lihat ketika liburan diving di Indonesia bulan November 2018 yang lalu, banyak turis turis manca negara yang mengambil Intro dive hanya sekedar untuk dibuatkan foto foto selfi dibawah air dengan latar belakang soft coral atau bangkai kapal Liberty di Tulamben.

    Biasanya si turis akan diving berdua dengan teman atau pasangannya di temani oleh seorang dive guide yang membawa kamera di salah satu tangannya dan tangan satunya memegang salah satu first stage tamunya supaya tamunya tidak terus meluncur lebih dalam ke kedalaman laut.

    Paket ini di jual dalam paket Intro dive, persiapan briefingnya sama persis seperti yang di tulis oleh mas Bek.

    Saya tidak setuju dengan kegiataan diving tanpa lisensi!

    Dive Operator yang professional akan melarang atau menolak setiap permintaan menyelam tanpa lisensi diving dan tidak semata mata soal penghasilan tambahan dari Intro dive.

    Kecelakaan dapat terjadi kapan saja dan dimana saja :
    – Panik.
    Cukup kalau si tamu yang tidak berpengalaman diving menginjak atau memegang Stone fish atau dragon fish dan saking paniknya langsung “tekan” inflator BCD supaya cepat naik kepermukaan dan akan terkena Decompresion sickness.

    – Terbawa arus.
    Tamu yang tidak berpengalaman diving bila terbawa arus bawah air akan berusaha sekuat tenaga untuk diving melawan arus dari pada mengikuti arus, akibatnya bisa fatal kehabisan tenaga dan dalam kepanikan akan langsung “tekan” inflator BCD supaya cepat naik kepermukaan dan akan terkena Decompresion sickness atau kehabisan udara di bawah air.

    – Menggangu divers lain
    Seorang penyelam yang tidak memiliki lisensi diving lebih banyak mengganggu penyelam yang lain, karena kita harus berhati hati atau menunggu mereka yang selesai selfi terlebih dahulu, karena seorang dive guide yang dibayar akan mengambil lokasi yang terbaik bagi penyelam tanpa lisensi yang tentunya juga menarik untuk dilihat oleh penyelem berlisensi.

    Karena mereka umumnya belum bisa equalisasi, penyelam lain malah harus menjauh supaya tidak “ketiban” penyelam tidak berpengalaman atau maskernya ketendang kaki katak dari penyelam tidak berpengalaman.

    – Merusak karang.
    Walaupun dive guide bilang bahwa tidak ada karang yang akan rusak karena tamu tamu mereka dalam perhatian si dive guide, saya tidak yakin bahwa tidak akan ada karang yang tidak patah terkena tendangan kaki katak ketika sedang berusaha untuk equalisasi.

    Bagi mas Bek yang sekarang telah memegang lisensi Dive Master, saya kira adalah kewajiban mas Bek untuk menjelaskan kepada Dive Operator untuk menolak menyelam tanpa lisensi diving, selama tidak ada kecelakaan diving dengan penyelam tanpa lisensi, semua akan mengurut dada, aman aman saja, tetapi bagaimana kalau terjadi kecelakaan dan nyawa yang melayang ?

    Kematian seorang penyelam dapat menghancurlkan nama baik sebuah dive operator, sering kematian seorang peneyelam sangat di rahasikan oleh sebuah dive operator.

    Seorang Trimix Dive Master asal Jerman yang bekerja sebagai dive master di Tanjung Karang, Donggala, Palu, kira kira setahun yang lalu mati konyol karena sok tahu dan diving sendirian, ia tidak pernah muncul kembali ke permukaan.

    Polisi, Basarnas, dan masyarakat setempat turut aktif mencari mayatnya yang sayang tidak diketemukan, beritanya di Indonesia tidak ada tetapi di majalah majalah diving di Eropa beritanya menjadi bahan pembicaraan.
    Akhir Bulan Mei ini, si pengelola Dive Operator akhirnya akan hengkang dari INdonesia, karena setelah kejadian ini makin berkurang tamu tamu dari Eropa yang datang berkunjung, oleh sebab itu kematian seorang penyelam, kejadiannya akan sangat di rahasiakan oleh dive operator, apalagi dive Operator dari Eropa.

    Salam,
    Subagio Rasidi Kusrini (etoy)

    1. makasih om Etoy, sudah mau meluangkan waktu menulis panjang tentang diving.
      Sebenarnya Discovery Scuba Diving (DSD) ini juga merupakan salah satu program PADI (https://www.padi.com/courses/discover-scuba-diving) yang digunakan untuk mengenalkan dasar-dasar diving tanpa harus mengambil lisensi terlebih dahulu.

      Cuma memang untuk PADI aturannya cukup ketat.karena memang menyangkut keselamatan. Dan mungkin ini beberapa yang perlu kita koreksi bareng bareng kalau menemukan kekurangan kekurangan di lapangan yang biasanya dilakukan operator “nakal” hanya karena sekedar ingin “menyenangkan” tamu mereka.

      saya ambil contoh dari komentar om Etoy :
      “Biasanya si turis akan diving berdua dengan teman atau pasangannya di temani oleh seorang dive guide yang membawa kamera di salah satu tangannya dan tangan satunya memegang salah satu first stage tamunya supaya tamunya tidak terus meluncur lebih dalam ke kedalaman laut.”

      Nah ini fatal, karena di pedoman (PADI Instructor Manual) disebutkan :
      Do not engage in any other activities, such as taking
      photographs or video, while supervising participants.

      Kalau yang pernah kami lakukan, seorang Instruktur atau DM yang sudah mengambil DSD Leader tidak boleh membawa kamera, kalau ingin foto biasanya ada salah satu asisten instruktur yang khusus membawa kamera untuk memotret tamunya.

      Dive Operator yang professional akan melarang atau menolak setiap permintaan menyelam tanpa lisensi diving dan tidak semata mata soal penghasilan tambahan dari Intro dive.”

      seperti yang saya sebutkan di komentar atas tadi, untuk PADI ada program DSD. Tapi harus dilakukan sesuai prosedur
      Sebelum mulai DSD juga istruktur harus memberikan beberapa informasi :
      • Breathing rules and equalization techniques
      • Equipment purpose and use
      • Hand signals
      • Regulator and mask clearing techniques
      • Respect for aquatic life (if appropriate)
      • Importance of watching and staying close to instructor
      • Limitations of the program and value of further
      training

      Aturan lain dari DSD antara lain :
      kedalaman :
      • untuk confined water maks 6 meter
      • untuk open water maks 12 meter (tapi dari beberapa kali mengamati DSD di manado dan wakatobi biasanya DM hanya akan membawa sampai 10 meter. Pernah mendengar cerita salah satu DM di Manado ada tamu yang ingin lebih dari 10 meter tapi ditolak dan kena marah tamunya. Tamunya juga bilang bersedia bayar lebih mahal tapi tetap ditolak. Karena di sana kalau ketahuan melanggar aturan bisa kena sangsi yang cukup besar)

      Instructor Rating
      – Confined Water — Divemaster who is a Discover Scuba
      Diving (DSD®) Leader.
      – Open Water — Instructor

      Kalau untuk mengganggu diver lain, merusak karang, panik kalau dari beberapa kali melihat DSD memang tidak bercampur dengan diver diver lain om Etoy. Misalnya di Wakatobi kemarin malah yang diving cuma kami. Entah kalau di Bali yang lokasinya lebih ramai dengan turis pasti agak susah cari lokasi yang tersendiri dan ndak banyak diver lain ya.

      Diving itu menyenangkan dan bikin kecanduan, tapi memang yang utama adalah keselamatan, baik buat diri sendiri, tamu yang kita bawa maupun diver diver lainnya

      Terima kasih untuk masukannya om Etoy, mari dilanjutkan lagi diskusinya ya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *