Do something different. go crazy a little bit.. nasehat penutup Roberto Valenzuela di ajang EOS R Creators Workshop, 1 Desember 2018 kemarin. Selama sekitar satu jam kami mendapatkan sharing pengalaman dari Roberto Valenzuela tentang sepak terjangnya di dunai fotografi wedding.   

EOS R Creators Workshop
Pembukaan oleh Sintra Wong

Acara EOS R Creators Workshop dibuka oleh Sintra Wong dan Yase Defirsa Cory mengenai perkembangan tehnologi kamera digital. “Saya kaget ternyata dua bulan lalu pada waktu launching kamera mirorless terbaru canon, CANON EOS R, batch pertama langsung sold out.” wuih…

EOS R Creators Workshop
Para Nara sumber
Sharing Fotorgrafer

Setelah itu dilanjutkan dengan sharing 3 fotografer yang berbeda aliran fotografinya

EOS R Creators Workshop
Sambodo berbagi pengalaman 

Sambodo berbagi pengalaman bagaimana selama beberapa minggu dipinjami kamera CANON EOS R untuk dicoba menghasilkan foto foto landscape. Walau hanya sempat di test di daerah pengalengan dan Dieng beberapa hari saja, tapi Sambodo mengaku cukup puas dengan performa kamera EOS R ini untuk memotret landscape. “Biasanya kalau untuk landscape saya maksimal menggunakan iso 800, tapi dengan EOS R ini saya coba di iso 25600 baru berasa noisenya”

Sesi sharing kedua diisi oleh Ardianto dengan pengalaman ratusan memotret artis di panggung. Bagaimana dengan canon EOS R mencoba untuk mengabadikan momen panggung Endang Sukamti, Raisa dan Guns N’ Roses. “Saya selalu menggunakan auto fokus untuk memotret di panggung, jadi salah satu syarat yang saya butukan dari kamera adalah auto fokus yang akurat”

EOS R Creators Workshop
Gaya Roberto di panggung

Sesi Terakhir dan juga merupakan sesi utama adalah sharing dari Roberto Valenzuela. Di awal pembukaan ditampilkan beberapa foto foto hasil jepretannya, apabila fotonya bagus kami diminta memberikan respon wowwwww, kalau hasil fotonya jelek huuuuuu… Tapi pastinya semua foto yang ditampilkan foto-foto yang bikin kami berdecak kagum.

EOS R Creators Workshop
Tapi sering turun mutar mutar

Roberto bercerita bahwa dulunya dia adalah seorang fotografer yang buruk. Roberto mengucapkan beberapa kata dalam bahasa indonesia yang ditulis di selembar kertas. Bagus.. buruk, saya cinta Jakarta. what a great perfomancer.

Setelah itu satu persatu foto awal dia memotret ditampilkan, dan kami tertawa dan berkata jelekkk setiap Roberto mengganti foto demi foto awal kariernya. Foto dengan flash yang terang hanya foregroundnya, foto bayi dengan pengambilan sudut yang kacau balau. i’m the worse photographer in the world hahahahaha

EOS R Creators Workshop
salah satu hasil foto Roberto

Tapi Roberto selalu belajar dan belajar terus, dia menantang dirinya sendiri untuk mengahasilkan karya yang berbeda. Saya belajar dengan cahaya alami, satu lampu, dua lampu, tiga lampu hingga banyak lampu. Saya akan mempelajari seperti apa fotografer yang lain mengambil sebuah foto di suatu tempat, dan saya akan mencoba membuat foto yang berbeda.

EOS R Creators Workshop
Munir kebagian jadi peran model

Misbachul Munir yang saat itu duduk di depan sempat diminta maju untuk menjadi model peraga. Nasib kang.. dadi model wae fotografer e lanang. wkwkwkw

EOS R Creators Workshop
Begini biasanya kalau motret model, kamera menutup wajah

Roberto mempraktekan bagaimana sebelumnya dengan kamera yang lama dia lebih banyak mengarahkan model dengan kamera menutupi wajahnya. Dan bagaimana dengan CANON EOS R yang mempunyai auto fokus ke wajah dan mata yang akurat membuatnya lebih bebas berinteraksi dengan modelnya, mengarahkan modelnya sambil terus mengambil gambar.

EOS R Creators Workshop
expresif gaya penyampaian Roberto
Be different

Selama satu jam kami dijejali berbagai pengalaman Roberto dalam selalu berproses dan berkembang. Tantangan yang harus diterima Roberto ketika launching 5d mark iV, hanya dalam waktu 24 jam setelah membuka bungkus kamera, Roberto dan 3 fotografer yang berbeda genre harus menghasilkan karya terbaik mereka yang akan dipajang di Whitney Museum di New York. Gila, tapi berhasil dituntaskan dengan hasil yang langsung diulas oleh para kritikus.

Atau bagaimana ketika pada saat pernikahan temannya dia tidak ingin difoto, karena tidak menyukai kamera yang mengarah ke pengantinya. Dengan silent shutter mode dan auto fokus ke mata yang bisa digeser melalui sentuhan ke lcd semua bisa teratasi. Pernikahan tetap berjalan dan foto foto candid yang mempesona bisa diabadikan.

Beli ndak ya ?

Kami sadar sebenarnya kami dijejali pemasaran produk canon EOS R ini, tapi penyampaian materi yang dilakukan oleh Roberto yang menguasai bidangnya membuat kami teracuni. Kalau tidak ingat kebutuhan lain yang lebih mendesak pasti sudah gesek kartu kredit buat bawa pulang kamera EOS R nya hahahaha (padahal limitnya ndak cukup juga sih hahahaha)

EOS R Creators Workshop
wow wow.. beli ndak ya…

Terima kasih untuk Canon Indonesia yang berkenan menghadirkan narasumber yang sangat bagus kali ini, Roberto Valenzuela. Mudah-mudahan nanti ada rejeki supaya bisa segera menenteng kamera EOS R untuk mengabdikan perjalanan perjalanan mendatang hiahahahaha

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *