Beberapa perahu tampak hilir mudik mengantar para penumpang yang ternyata satu minggu setelah lebaran masih memenuhi Kedungombo. Sementara warung-warung makanan yang berada di bawah pohon juga masih penuh sesak dengan rombongan yang sepertinya keluarga yang sedang menikmati liburan sembari duduk bergerombol di tikar. Cuaca masih cukup terik, tapi salah satu drone milik om Yanuar sudah beberapa kali terbang untuk mengabadikan Kedungombo dari udara.

Ajakan dadakan dari Aditya “Negro” untuk jalan-jalan bareng beberapa teman dari Solo Drone Fly (SDF) muncul di layar handphone. “melu ning kedungombo ra bek?” (ikut ke kedungombo ndak bek?. Berhubung lagi ndak banyak yang dikerjakan siang ini ya udah ikutan aja sambil manasin drone sekalian cari stok foto dan video kedungombo dari udara.

Bareng beberapa teman dari Solo Drone Fly, lek Yanuar, Catur, Adit, Kaka dan saya sekitar pukul 11 dari Solo. Perjalanan cukup lancar, melaju menuju arah Purwodadi tanpa ada banyak hambatan. Sekitar pukul 12 kami sudah sampai di Kedungombo.

Ternyata di Kedungombo masih banyak pengunjung yang menikmati waktu bersama keluarga selepas lebaran. Kami berjalan kaki memutar mencari lokasi yang kira-kira cocok buat hunting foto dan video kedungombo dari udara. Tentunya sembari berteduh, soalnya siang itu terik sangat.

Saya cuma siap dua baterai, itupun yang satunya tidak penuh karena sudah semingguan tidak digunakan dan sepertinya menurun sekitar satu baris. Kalau mencoba terbang siang seperti ini sepertinya kurang begitu bisa dapat pemandangan yang menarik.

kedungombo dari udara - bersiap terbang
bersiap terbang

Beruntung salah satu teman yang rencana awal harus balik ke Solo jam 4 masih bisa dibujukin untuk tinggal lebih lama. Kita pulang sore saja sekalian nunggu sunset, jadi ndak sia-sia sampai kedung ombo pas siang terik begini 😀

Yanuar yang menggunakan drone mavic pro sudah lebih dulu menerbangkan drone nya untuk mendokumentasikan beberapa kapal yang mengangkut para penumpang berkeliling kedungombo. Mavic pro yang berukuran kecil dan cuma muat di tas slempang kecil cukup membuat “iri” yang masih membawa drone phantom 3 dengan tas hardcase besar seperti saya.

“ganti mavic lek, cuma masuk ke tas kecil lho” beberapa kali om Yanuar terkekeh mencoba meracuni kami dengan mavic pro yang mungil. Pengen ganti tapi keliatannya dompet yang masih belum pengen berpisah dengan uang-uang di dalamnya hahahaha.. Sementara ini cukuplah masih dengan phantom 3 pro nya untuk mendokumentasikan keindahan alam dari udara sambil melakukan perjalanan. Nunggu nanti kalau ada budget atau ada yang mau sponsorin hiahaihaiha

kedungombo dari udara - mengelilingi kedungombo
berkeliling kedungombo

Sambil menunggu matahari condong ke barat dan langit kekuningan menjelang matahari terbenam, beberapa teman mengisi waktu dengan berjalan berkeliling kedungombo. Saya sendiri terlelap beralas tas drone di tikar, terbuai angin yang sebenarnya panas tapi bikin mengantuk.

kedungombo dari udara - berbagi ilmu
berbagi ilmu

Selepas pukul 4 sore, kedungombo sudah lebih “bersahabat” untuk pengambilan video dan foto. Cahaya matahari yang miring membuat bayangan kapal yang lewat memantul di permukaan air sehingga menjadikan suasana lebih dramatis.

kedungombo dari udara - aktivitas sore di dermaga
aktivitas sore di dermaga

Aktivitas manusia di sekitar dermaga yang tersorot sinar mentari di ufuk barat menjadikan siluet yang sempurna dengan latar belakang permukaan air yang mengkilap terkena sinar mentari. Waktu yang tepat untuk menerbangkan drone untuk mengabadikan kedungombo dari udara.

kedungombo dari udara - sebentar lagi senja tiba
sebentar lagi senja tiba

Beberapa kapal penumpang dan perahu kecil yang mengangkut sayuran menjadi obyek yang kami kuntit dengan drone. Beberapa kapal penumpang bergerak ke arah timur memutar mengelilingi kedungombo. Sedangkan speedboat bergerak cepat memutari kedungombo dan menghilang lagi di ujung barat.

kedungombo dari udara -
membelah kedungombo
kedungombo dari udara -
melintas bayang sang surya
kedungombo dari udara -
menuju jembatan
kedungombo dari udara -
dari lebih atas

“Kayaknya bagus lik, kalau sewa perahu buat nurunin kita ke pulau sana” saran lek Yanuar sambil menunjuk pulau kecil dengan satu pohon di tengah kedungombo. “Nanti di POI memutar dan kita di sana… kayak film castaway” tambahnya lagi. Tanya ke beberapa ibu-ibu yang berjualan ternyata untuk sewa kapal paling tidak harus keluar duit 350 ribu 😀 Gagal deh ke pulau seberang sana.

kedungombo dari udara - mavic into the sun
mavic – into the sun
kedungombo dari udara - pengendali drone
pengendali drone
kedungombo dari udara - memancing
memancing

Mentari mulai berlahan beranjak turun. Bulatan kekuningan berangsur meninggalkan jejak cahaya. Langit kekuningan mulai terlihat memantul di permukaan air.

kedungombo dari udara -
tambat di dermaga
kedungombo dari udara -
beranjak pulang

Semakin sore langit, cahaya sang surya semakin berpendar memenuhi cakrawala dengan bias oranye.

kedungombo dari udara -
menuju cakrawala
kedungombo dari udara -
beraktivitas di dermaga
kedungombo dari udara -
di batas senja

Dua baterai drone phantom 3 pro sudah mulai terkuras habis.

kedungombo dari udara - phantom 3
baterai dah habis, nyandar dulu di dermaga
kedungombo dari udara - sunset dan phantom 3
sunset dan phantom 3

Aktivitas manusia sudah mulai berkurang di dermaga, hanya terlihat beberapa orang yang sedang membongkar beberapa warung yang hari ini merupakan hari terakhir bisa berjualan selama musim libur lebaran. Kapal kapal sudah mulai beranjak pulang meninggalkan dermaga yang mulai sepi, menyisakan keheningan kedungombo yang riuh di siang tadi.

kedungombo dari udara - sunset kendungombo
sunset kendungombo
kedungombo dari udara - selfie sore hari
selfie sore hari
kedungombo dari udara - sunset sore itu
sunset sore itu

Dan matahari bulat sempurna menutup hari ini, melepas kami yang tak lama kemudian beranjak pulang kembali ke rumah

kedungombo dari udara -
kapal terakhir

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *