Biasanya hampir semua trip dengan kapal Lalunia liveaboard selalu memasukan sunrise di Padar sebagai salah satu tujuan favoritnya. Awal-awalnya sih saya suka karena berarti bisa menikmati bulatan matahari pagi sempurna dari ketinggian dengan latar belakang tiga pantai dan bukit yang mencuat seperti menara. Tapi setelah beberapa kali saya merasa cukup. Jadi terkadang kalau pas lagi ndak enak badan, saya memilih untuk tidak ikut menemani sampai ke atas, hanya sekedar menikmati matahari terbit dari dek atas kapal.

sunrise di padar
sunrise di padar

Hari ini juga begitu, saya memilih memberi ucapan selamat menikmati sunrise sembari melambaikan tangan kepada beberapa tamu yang pukul 5 pagi ini berangkat ke Padar.

padar tersiram mentari
padar tersiram mentari

Cukup puas saya menikmati pagi sembari menulis beberapa artikel di dek atas sembari ditemani matahari pagi di belakang saya.

Acara hari ini setelah ke bukit Padar, kami merapat ke pulau Komodo. Karena mating season, jadi memang agak cukup sulit bisa melihat komodo langsung.

sa jomblo nih…

Kami beruntung pagi itu masih ada komodo yang agak besar yang masih nongkrong santai di samping kafe. Mungkin jomblo jadi ndak bisa berindehoy dengan pasangan hahahaha..

Setelah itu rencana kami mengunjungi Pink Beach. Tapi karena banyak pengunjung dan tamu kami ingin privasi dengan keluarga, jadi kami meluncur dengan perahu ke pantai di pulau depan pink beach. Pantainya kecil, berada di pojokan pulau. Beberapa pohon dibagian bawahnya sudah cukup rata, bekas pengunjung yang sepertinya sering datang ke pantai ini.

“Orang kampung komodo sering berlibur ke sini mas” ucap Dandy sembari tangannya menggapai ke atas pohon bidara, mencari buahnya untuk disantap.

2 Padle stand yang kami bawapun tak lama kemudian sudah mengapung di sekitar pantai yang tenang. Anak-anak mereka bersnorkeling di sekitar garis pantai yang sepertinya berkontur slope. Sementara payung pantai sudah berdiri menjaga bean bag yang digunakan salah satu tamu untuk membaca buku.

siluet senja
siluet senja

Saya, Dandy, Budi dan Gofur memilih berteduh sembari tidur-tiduran di bawah rindangnya pohon.

dandi berpose di padang rumput
dandi berpose di padang rumput

“Foto yang bagus di mana mas?” Budi bertanya sembari bangun dari duduknya. “di sekitar rumput sana” sembari menunjuk ke padang rumput berwarna oranye yang mengelilingi seluruh pulau. “Kita naik ke atas bukit saja yuk” balas Budi. Dan kami bertiga tak berapa lama kemudian sudah berjalan kaki menyusuri punggungan bukit yang dipenuhi rumput kering.

Jalan setapak masih terlihat, tapi sudah tidak lagi terawat. Jadi kami harus berhati hati menentukan pijakan kaki. Ditambah saat itu saya yang hanya memakai sandal jepit swalow kebesaran sedikit kerepotan melangkahkan kaki. Satu tangan memengang kamera dslr, satu tangan memengang gopro, dan tripod menggelayut di belakang hahaha.

Kemiringan bukit cukup curam, tapi untungnya tidak terlalu tinggi. Tak lama kemudian kami sudah berdiri di punggungannya. Langkah kaki kami kembali menyusuri jalan setapak yang di atas punggungan ini sudah lebih terlihat.

menikmati komodo dari ketinggian
menikmati komodo dari ketinggian

Di belakang kami pemandangan pantai dengan latar belakang siluet pulau Komodo. Saya terpesona menyaksikan perbedaaan pemandangan dari pinggir pantai dengan bukit yang tidak terlalu tinggi ini. Beda, dan saya suka.

update status dulu
update status dulu

Kami tiba di salah satu pucuk bukit kecil, dan memilih untuk diam cukup lama menikmati pemandangan. Dari sini kami bisa menyaksikan 270 derajat view Taman Nasional Komodo, yang sisanya 90 derajat tertutup punggungan bukit di depan kami yang masih jauh untuk kami langkahi.

siluet
siluet

Di bagian kiri, jauh di sana, melewati laut, tampak long beach dengan latar belakang gugusan bukit pulau Padar. Agak ke kanan, selat dengan tiga batu bersusun, terlihat tenang, walau arus kencang di sana.

Dan persis di depan kami, pantai tempat tamu bersantai dengan latar belakang laut dan gugusan pulau Komodo.

sore di suatu bukit

Dan sayapun kembali jatuh cinta dengan pemandangan alam Komodo.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *