hiupari

Hari minggu yang sedikit berbeda. Sore itu sengaja mendatangi gedung Goethe di salah satu sudut Menteng. Ada acara sharing mengenai hiu pari yang diadakan teman-teman sobat hiu pari. Buat saya yang masih belum lama menekuni dunia bawah laut, hiu dan pari merupakan salah obyek yang pastinya ingin bisa bertemu langsung ketika diving dan mengabadikan langsung di habitatnya.

Buat sebagian besar orang yang belum mencoba diving salah satu yang sering menjadi bahan pertanyaan adalah bagaimana kalau bertemu hiu ? Hiu masih merupakan salah satu binatang yang ditakuti, terutama secara tidak langsung mungkin karena efek dari salah satu film besutan Steven Spielberg yang menggambarkan kengerian ikan hiu yang sepertinya ganas dan memakan manusia di mana saja. Padahal yang di film tersebut sebenarnya salah satu jenis ikan hiu yang memang ganas, great white shark (Carcharodon carcharias).

Tapi jenis hiu itu hanya tinggal di daerah sub tropis seperti misalnya di Australia, tidak di perairan Indonesia. Namun semua orang mengganggap semua jenis hiu itu jadi berbahaya. Padahal ada sekitar 1.250 jenis hiu, dimana di Indonesia bisa ditemukan sekitar 218 jenis hiu dan pari dan hanya beberapa yang agresif, termasuk contohnya selain great white shark ada tiger shark (Galeocerdo cuvier) dan bull shark (Carcharhinus leucas).

Bahkan sebenarnya kalau melakukan penyelaman, hiu lebih takut kepada gelembung udara dari regulator dan lebih memilih menjauh dibanding menyerang manusia.

Hiu merupakan salah satu predator di puncak paling atas rantai makanan di laut. Jadi bisa dibayangkan betapa pentingnya peranan hiu sebagai penyeimbang mata rantai di laut. Hiu juga memakan ikan-ikan yang sudah tua dan sakit sehingga menjadikan ekosistem di laut menjadi lebih terkontrol. Sedangkan ikan pari, khususnya ikan pari manta merupakan indikator kesehatan ekosistem laut. Dan salah satu musuh utama hiu dan pari adalah manusia, dimana kita memburu hiu untuk diambil siripnya dan dagingnya dikonsumsi.

hiupari
sumber : infografis hiupari.info

Sedihnya, menurut data yang disampaikan di acara hiupari kemarin, Indonesia merupakan salah satu, bahkan 3 besar pengekspor sirip hiu. Data dari badan pangan dunia (FAO) menyebutkan bahwa produksi tahunan Indonesia dari tahun 2000-2011 mencapai 106.000 ton, setara dengan 13% dari total tangkapan dunia. (Jaiteh, Loneragan, & Warren, 2017).

Saya pas denger data tersebut berandai-andai, anggap saja berat hiu normal yang ditangkap sekitar 100 kg, berarti hampir 1 juta hiu di Indonesia yang ditangkap, itupun dari data yang tercatat, pasti banyak juga yang tidak tercatat kan ?

hiupari
Een Irawan (Infis) membuka diskusi

Dengan menghadirkan beberapa narasumber yang berkompeten di bidangnya, Perwakilan Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Efin Muttaqien (WCS Indonesia), Elsia Yuanti (Yayasan Rekam Nusantara) dan Ahmad Mukharror “Gharonk” (Instruktur Selam Spesialis Konservasi Hiu) serta di moderatori oleh Een Irawan Putra (Direktur Indonesia Nature Film Society) acara sharing dan tanya jawab seputaran hiu pari kemarin berlangsung dengan sangat antusias.

hiupari
panel diskusi hiu pari

Diawali dengan kata pengantar oleh Yoki Hadiprakarsa dari Rekam Jejak Alam Nusantara yang memfokuskan pada menggabungkan komponen visual dan riset supaya jangan sekedar menjadi jejak yang terlupakan. Karena saat ini ada ancaman yang cukup masif terhadap kelestarian hiu pari jadi harus memulai bersama untuk menjaga hiu pari di Indonesia.

Pemutaran salah satu film karya Infis (Indonesia Nature Film Society) yang berjudul Ocean and Us (bisa ditonton online via youtube https://www.youtube.com/watch?v=NCqP_vYgdlw) membuat saya merasa sedih dan marah. Adegan ketika ikan hiu ditangkap, diseret ke kapal, dan dalam keadaan masih hidup dipotong siripnya, dan setelah itu dibuang kembali ke laut, sekejam itukah kita manusia terhadap mahluk lainnya ?

Apalagi ketika adegan lain kamera dalam posisi dekat menyorot ke mata hiu yang tergolek tanpa nyawa di pasar-pasar ikan, mata yang merupakan jendela jiwa yang saat itu kosong. Seakan bertanya bagaimana nantinya kalau kami semua punah ?

issu yang dihadapi di pengelolaan hiu antara lain :

  • Indonesia penangkap ikan terbesar dunia, dikhawatirkan terjadi penangkapan hiu secara berlebih (over fishing),
  • penangkapan hiu dikaitkan dengan by catch perikanan tuna,
  • metode penangkapan hiu untuk diambil siripnya saja mendapat kecaman internasional,
  • jumlah spesies hiu yang masuk daftar merah IUCN meningkat dan
  • penangkapan hiu yang sudah menjadi target penangkapan.
hiupari
dasar hukum pengelolaan perikanan

Walau saat ini sudah ada beberapa peraturan untuk melindungi hiu dan pari, tapi baru pari gergaji (Pristis microdon) , pari manta (Manta birostris) dan hiu paus (Rhincodon typus) yang dilindungi penuh oleh peraturan dari pemerintah.

hiupari
hiu dan pari yang dilindungi penuh

Rancangan perlindungan untuk 112 jenis hiu di Indonesia saat ini sedang dalam proses penandatangan oleh menteri Kelautan dan Perikanan. Beberapa pasal antara lain:

  • larangan penangkapan hiu anakan,
  • larangan penangkapan hiu hamil dan
  • larangan penangkapan hiu di kawasan konservasi.

Mudah-mudahan dengan peraturan tersebut bisa lebih membatasi penangkapan hiu yang berlebihan supaya hiu tetap terjaga kelestariannya.

Yang agak aneh menurut Efin Muttaqien dari WCS Indonesia, Indonesia merupakan negara peringkat ke 3 pengekspor sirip hiu terbesar di dunia, tapi juga peringkat ke 7 pengimpor sirip hiu di dunia. Lha kok bisa kita ekspor sirip hiu nomer 3 tapi juga import lagi sirip hiu ? jangan jangan setelah di eksport ternyata dibeli kembali ke Indonesia ? siapa yang bisa bantu jawab ???

Komposisi hiu di Indonesia mulai terancam punah seperti hammerhead, silky shark dan threser shark. Sebagian diakibatkan karena eksploitasi berlebih, kerusakan habitat dan perubahan iklim global. Tapi yang menjadi ancaman terbesar adalah eksploitasi berlebih yang diakibatkan permintaan pasar yang besar.

Rekomendasi yang bisa diberikan terkait pengelolaan hiu pari antara lain :

  • perlindungan spesies-spesies prioritas
  • perlindungan habitat penting
  • pengaturan alat tangkap,
  • mengurangi tekanan perikanan dan tangkapan sampingan
  • alternatif mata pencaharian
  • meningkatkan kesadaran dan kepedulian para pihak
  • jadilah konsumen yang BIJAK

Pembahasan mengenai kemungkinan menggabungkan konservasi hiu dengan pariwisata menurut saya merupakan salah satu solusi yang cukup baik buat kita semua. Bagaimana nantinya dari perlindungan terhadap hiu dan pari bisa menjadi salah satu alternatif peningkatan ekonomi untuk masyarakat setempat.

Darmawan A. Mukharror dari shark diving Indonesia berbagi mengenai temuan pariwisata berbasis hiu di beberapa tempat di dunia.  Dengan beberapa data pembanding antara pemanfaatan hiu ditangkap atau dikembangkan untuk pariwisata kita bisa melihat bahwa jauh sekali beda hasilnya.

hiupari
perbadingan wisata – penangkapan hiu

Di fuji, shark tourism berpotensi menghasilkan $4.455.000/hiu sedangkan dari penangkapan hiu didapat $45, 99 ribu kali perbandingannya. Di Bahama shark tourism berpotensi menghasilkan $250.000/hiu sedangkan untuk penangkap hiu $55/hiu. Perbadingannya empat ribu lima ratus kali lipat sendiri.

hiupari
sumber : infografis hiupari.info

Sedangkan data di Morotai yang juga sudah mulai memanfaatkan pariwisata berbasis konservasi hiu dan pari dengan data potensi pariwisata $8.515/hiu dengan penangkapan hiu $15/hiu, perbadningan lima ratus kali. Masih tidak sebanyak negara negara lain yang memang benar-benar berfokus pada konservasi hiu dengan membuat shark sanctuary. Di Indonesia mungkin di kawasan Raja Ampat yang sudah mulai dengan beberapa daerah yang dilindungi untuk konservasi dan dijaga ketat dengan aturan internasional dan hukum adat.

hiupari
sesi diskusi dan sharing

Tak terasa dua jam kami mendapatkan banyak informasi dan pengetahuan yang bermanfaat seputaran ikan hiu dan pari. Dan tugas kita bersama untuk menjaga kelestarian hiu dan pari dan semua mahluk karena alam ini hanya merupakan titipan untuk anak cucu kita nanti. Untuk informasi  mengenai hiu pari dan sobat hiupari bisa langsung melipir ke  sobat hiu pari

“You should be afraid if you are in the ocean and don’t see sharks”
-Sylvia Earle, American Marine Biologist

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *