merapi-mercy-milkyway

Milky way membentang di atas merapi. Nyaris Tegak lurus seperti tonggak cahaya di langit malam. Padahal beberapa jam sebelumnya kami nyaris putus harapan. Sebelum kami tiba di Selo hujan menyambut perjalanan kami. Pun ketika kami memutuskan untuk berhenti di salah satu angkringan di sudut Selo, hujan bertambah deras. Kayaknya bakalan pindah lokasi tidur saja pikir kami. Tapi alam terkadang punya kejutan. Dan yang tidak kita harapkan tapi menjadi kenyataan merupakan kejutan yang menyenangkan. Merapi mercy milky way, dan malam tadi kami berpesta shutter di bawah bintang bersa

Loading...

Foto merupakan panorama 360, silakan diputar ke kiri kanan atas bawah untuk melihat sekeliling.

Ide Merapi mercy milky way berawal dari Adit yang dari beberapa waktu lalu ingin membawa mobil mercy tiger nya untuk difoto. Beberapa kali kesempatan gagal karena banyak alasan yang bermacam-macam. Sore kemarin menawarkan ke teman-teman lainnya, tapi sebagian besar ada kesibukan lainnya. Jadilah hanya saya dan Adit yang berangkat malam ini.

Cuaca 3 hari belakangan sebenarnya kurang bagus, hampir tiap sore dan malam hujan lebat. Bahkan pukul 7 malam hujan masih mengguyur kota Solo. Sempat ragu, tapi kapan lagi hunting bareng mercy tiger kan. Ya sudah walau hanya dua orang dan ramalam cuaca juga kurang bagus, bahkan tertulis hujan lebat, kami berangkat juga. Pedoman kami, ya kalau cuaca kurang bagus anggap saja nyari udara pegunungan dan pindah lokasi tidur.

Karena mobil masih kosong jadi sengaja membawa peralatan cukup lengkap. Dua kamera dslr, dua tripod, kamera poket, kamera 360 dan drone sudah masuk ke dalam mobil. Belum lagi casing underwater untuk dslr dan jas hujan serta baju ganti, buat jaga-jaga siapa tahu di lokasi nanti hujan, dan mungkin saja waktu hujan malah bagus buat berfoto. Adit sendiri juga membawa dua kamera dslr, tapi hanya satu tripod.

Sekitar pukul sepuluh kurang, selepas melewati pasar Cepogo cuaca awalnya mendung berubah menjadi gerimis. Rintik air mulai menetes membasahi mobil. Jendela yang awalnya dibuka terpaksa ditutup untuk menghindari air hujan masuk. Padahal tadi jendela dibuka biar angin masuk jadi ndak perlu pakai AC hahaha..

Jalan dari sebelum pasar Cepogo menuju Selo sudah dibeton bagus, bulan kemarin waktu ke Gancik perbaikan baru sampai ke jembatan sebelum Selo. Berarti akses untuk menuju ke Selo sekarang sudah lebih cepat yipieeee

Begitu tiba di Selo suasana sudah terlihat sepi. Warung di kiri kanan jalan sudah sebagian besar tutup. Hanya ada beberapa pedagang kaki lima berjualan ayam bakar dan angkringan. Cuaca juga masih hujan, gunung merapi dan gunung merbabu yang biasanya gagah terlihat di kiri kanan tersamar kabut.

Kami memutuskan berhenti di salah satu warung angkringan. Memesan minuman hangat sembari menunggu cuaca lebih bersahabat. Apesnya kalau cuaca tidak berubah paling tidak saya bisa menuliskan pengalaman minum kopi saat hujan di Selo.. hahahaha..

Sayang gorengan yang ada di angkringan kurang begitu menarik. Coba kalau ada pisang goreng hangat yang menemani pasti beda ceritanya. “Tesih sering jawah njih pak?” (masih sering hujan ya pak?) tanyaku sembari menyeruput kopi instan. “Teseh mas, tigang dinten niki jawah terus mben sonten.”(masih mas, bahkan tiga hari belakangan hampir setiap sore hujan) balas bapaknya sembari membikin mie goreng. “tutup jam berapa pak?” imbuhku lagi. “jam dua pagi biasanya mas” wah lumayan nih.. kalau cuaca masih juga belum reda paling tidak bisa ada teman ngobrol sampai agak pagi.

Hujan makin deras, warung pun mulai ditutup terpal supaya air hujan tidak tempias masuk. “wingi jawah malah ngantos banjir mriki mas” (kemarin waktu hujan malah air sampai banjir di sini) ucap ibuknya sembari menunjuk tempat kami duduk. Wah berarti memang hujan kemarin deras dan merata, soalnya solo juga hujan deras kemarinnya.

milky-way-selo-sepi
suasana selo tengah malam

Menjelang tengah malam hujan mulai rintik. Kucoba keluar warung dan menengok ternyata siluet merapi sudah terlihat, walau langit masih gelap. Secercah harapan mulai timbul. Masih banyak waktu sebelum pagi menjelang. Sembari memesan kopi lokal, tanpa gula, untuk mengobati mata yang mulai berasa mengantuk.

 Merapi mercy milky way
Merapi mercy milky way

Perlahan satu demi satu kerlip cahaya terlihat di atas kami. Sesekali hilang kembali tersapu awan. Melihat kondisi yang belum stabil kami memutuskan mengambil posisi di sekitar depan kantor polisi selo dengan pertimbangan dekat angkringan yang masih buka sampai jam dua nanti, siapa tahu mata mengantuk butuh asupan kopi kan hahaha.

milky-way-selo-tertutup
tertutup awan

Ketika perlahan langit membuka kami pun segera bergegas mencari lokasi yang tidak terlalu banyak polusi cahaya. Ada lampu kuning yang cukup terang di kanan jalan yang nyalanya ketika bertemu dengan cat putih mobil mercy tiger yang dikendarai Adit memantul sehingga membuat pendaran warna kuning hampir memenuhi frame. Adit sudah bersiap dengan kamera di atas tripod dan kursi lipat.. ide bagus.. besok lagi kalau bawa mobil kayaknya bisa juga ditiru idenya.

milky-way-selo
milky way membentang di langit

Milky way mulai terlihat membentang sempurna di atas siluet gunung Merapi. Malam itu sepertinya tidak terlalu banyak pendaki yang menyambangi merapi, karena hanya terlihat satu kerlip cahaya di punggungan merapi. Dengan dua dslr kamera, canon 6D dipasang  canon 16-35 f/4 dan canon 450D dipasang sigma fisheye 8mm, kamera poket canon G15 dengan munyukpok nangkring sembarangan dan kamera 360 tersembunyi dari cahaya lampu. Satu moment hunting milky way 4 kamera, kemaruk banget kan hiahaha…

milky-way-selo-
merapi-mercy-milkyway

Salah satu kendala utama adalah lensa yang cepat berembun. Mungkin karena saat itu sedang banyak kabut air, karena apa saja yang kami letakan di luar tidak berapa lama memang tertutup lapisan air. Repotnya karena kami membawa beberapa kamera jadi memang sengaja kami biarkan mengabadikan frame demi frame secara otomatis. Nah awalnya kami kurang sadar setelah beberapa jepretan dan dicoba cek dan hasilnya blur, ternyata lensa berembun !!!! Jadi pastikan untuk mengecek kondisi lensa kalau untuk memotret malam di sekitar pegunungan lho ya. Dan setelah dibersihahkan dua tiga kali frame ternyata kembali berembun.. alamak !!!!

milky-way-selo
efek kabut pada lensa

Sekitar pukul dua pagi, Adit yang sudah sejak tadi mengeluh kedinginan dan mulai kehabisan baterai, “mau aku pakai buat sunrise nanti mas” alasan nya, dan setelah itu memilih masuk ke dalam mobil dan tidur pulas.

milky-way-selo-
bagian inti milky way

Tak terasa hunting milky way hingga pukul setengah empat pagi ketika kembali awan menutupi milky way. Mata juga sudah mulai mengantuk, belum lagi hawa dingin udara pegunungan di pagi hari mulai terasa menggigit. Saya pun memilih ikut masuk ke dalam mobil setelah sebelumnya mengemasi peralatan di luar. Tidak lupa mengunci pintu, karena kebiasaan kalau tidur sering lelap dan lupa situasi. Lebih baik berjaga-jaga kan daripada ada kejadian yang kurang menyenangkan. Safety first, baik peralatan maupun keselamatan diri.

Pasang alarm di pukul 5 pagi supaya tidak terlambat untuk menikmati sunrise mumpung sekalian berada di Selo, dan lelaplah tidurnya…

mercy-seloQ
pagi menjelang

Terbangun sekitar pukul 5 kurang, lebih cepat daripada bunyi alarm. Keluar mobil dan ternyata langit cerah kembali. Milky way sudah berada di posisi melintang ke arah barat. Pasang tripod dan kamera dan mengambil beberapa frame sebelum kemudian langit biru menggantikan gelapnya malam. Dan saling bersapa dengan beberapa warga yang selesai beribadah dari masjid. Usai sudah mengabadikan Merapi mercy milky way malam ini.

mercy-sel0
mercy di pagi hari

Kami memutuskan untuk mengambil sunrise dari irung petruk, salah satu poin tempat biasa orang menikmati matahari terbit sekalian perjalanan pulang kembali ke Solo. Agak kurang yakin bisa menikmati bulatan sempurna sang surya karena awan tebal menggantung di langit barat. Ya paling tidak menikmati semburat pagi setelah sebelumnya begadang menikmati indahnya malam.

sunrise mendung selo
awan mendung menutup cakrawala
milky-way-selo
irung petruk

Tapi memang kami beruntung sekali, di balik awan, tersembul bulatan oranye, seakan alam tersenyum di balik mendung.

milky-way-selo
bulatan sang surya

Setelah puas mengabadikan frame bulatan mentari, saatnya menerbangkan drone sebentar untuk mengabadikan pagi di irung petruk. Dan selepas itu kembali lah kami pulang ke rumah, dan berakhir sudah event Merapi Mercy Milky Way kali ini, mungkin akan ada episode berikutnya lagi nanti..

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *