Air mengalir dari ceruk batuan, deras, entah berapa kubik yang tercurah. Gaya gravitasi menambah kekuatan jatuhnya air, bunyi menderu ketika air menabrak batuan di bawahnya. Sesekali dedaunan bergoyang, dan uap air naik membasahi hijau daunnya. Sayang saat itu gunung Merapi enggan menyapa, tersembunyi dalam balutan mega.

Seperti Biasa, Dadakan

“Bek, sore nanti jam tiga diajak lik Ifam ke Kedung Kayang” pesan wa dari Adit, salah satu fotografer handal di Solo terbaca. Saya langsung membalas hayukk.. ikut. Dan ini perjalanan pertama saya setelah kembali dari Komodo.

Kedung Kayang merupakan salah satu air terjun yang banyak kita jumpai di sekitar kaki gunung Merapi. Kalau dari Solo masih agak cukup jauh lagi melewati pasar Selo ke arah Magelang.

Pemandangan yang ditawarkan di air terjun Kedung Kayang cukup bagus, terbukti banyak foto-foto Kedung Kayang yang sudah bersliweran di media sosial.

Lama Ndak Ke Sana

Saya terahkir ke Kedung Kayang sudah beberapa tahun yang lalu dengan keluarga. Jaman dulu belum ramai dengan drone, jadi banyakan foto-foto yang diambil hanya foto dari depan air terjun atau dari bawah air terjun. Kalau sekarang sudah banyak drone yang mengabadikan air terjun Kedung Kayang dari berbagai sudut.

Pagi atau Sore ?

kuning : sunrise | oranye : sunset

Beberapa rekan merekomendasikan ke Kedung Kayang di pagi hari, dimana berkas sinar mentari akan membentuk ray of light (ROL) di depan air terjun. Dan biasanya pagi hari gunung Merapi masih bersih, tidak tertutup kabut. Jadi kita bisa mendapatkan foto air terjun Kedung Kayang dengan latar belakang gunung Merapi dan bonusnya semburat mentari pagi di antara pepohonan.

Saya belum pernah merasakan sore di Kedung Kayang, seharusnya sih bisa dapat bagus juga karena matahari berada di depan air terjun sehingga sinarnya menerangi air terjun dan juga gunung Merapi.

Perjalanan

Kami melakukan perjalanan dari Solo sekitar jam 2 lewat. Perjalanan lancar sampai ke pertigaan menuju Selo. Setelah itu mobil beberapa kali berjalan agak perlahan karena harus menunggu mobil bak di depan kami yang berjalan lambat melewati tanjakan mengular khas jalan Selo – Magelang ini.

Selewat pasar Selo, mendung menggayut pekat di depan kami. Merbabu di sebelah kanan sudah tidak terlihat karena tertutup mendung. Bahkan gunung Merapi yang sepanjang perjalanan tadi memunculkan lekukan punggungannya juga semakin lama semakin menghilang dari pandangan. Wah sepertinya kami kurang beruntung tidak bisa mendapatkan yang terbaik di perjalanan kali ini.

Seni Berburu Foto Landscape

Tapi memang itu salah satu seni berburu foto pemandangan. Bahkan sedetail apapun kita kadang membuat rencanan, tapi kalau sudah alam yang berbicara ya kita cuma bisa menikmati perjalanan ini. “Sing penting dolan methu omah lik” (yang penting jalan-jalan keluar rumah”).

Begitu tiba di parkiran Kedung Kayang, retribusi sudah tutup, sekarang pukul 5 sore. Udara dingin merasuk begitu kami keluar dari mobil. Mendung masih menggayuti langit, kelabu.

Kami menuruni jalan yang sudah dibeton, bertangga. Di depan kami sudah terlihat air terjun yang berada di sisi sebalik, terpisah jurang.

Untuk turun ke bawah air terjun kami bisa mengikuti jalan setapak hingga sampai ke sungai. Tapi karena sudah sore jadi dan cuaca kurang mendukung kami mengambil posisi hanya di bagian atas, yang biasanya digunakan untuk berfoto instagram.

Ada tulisan 5000 untuk foto di spot tersebut. Tapi karena sudah sore dan bukan hari libur jadi spotnya ditutup dengan terpal biru, mungkin supaya ndak dipakai orang buat berpose tanpa bayar hahaha.

Air terjun Kedung Kayang cukup tinggi. Dengan bagian atas berupa sungai yang mengular dan turun melalui celah batuan.

Saya cuma bisa membayangkan kalau suasana pagi di sini, dengan kabut tipis melayang di atas air terjun, semburat kuning mentari pagi di sebelah timur dan gunung merapi sebagai latar belakangnya.

Nantilah kalau pas lagi ada waktu kembali meluncur ke Kedung Kayang untuk berburu keindahan air terjun ini.

Tips Memotret Air Terjun Kedung Kayang

  • Untuk mendapatkan air terjun yang selembut sutra gunakan kecepatan lambat. Kecepatan dibawah 1 detik sudah cukup untuk membekukan laju air menjadi lembut.
  • Gunakan tripod untuk kecepatan lambat supaya mendapatkan hasil yang tajam
  • Bawa kabel rilis atau kalau tidak gunakan fasilitas timer di kamera supaya kamera di tripod minim gerakan ketika pengambilan gambar
  • Kalau kondisi kurang memungkinkan untuk bermain dengan kecepatan rendah bisa ditambahkan filter ND. Tergantung berapa stop yang dibutuhkan.
  • Atau kalau tidak mempunyai filter ND cari waktu yang tepat untuk mendapatkan kecepatan rendah, bisa di pagi hari atau menjelang sore.
  • Kalau untuk mendapatkan pemandangan air terjun dengan latar belakang siluet gunung merapi dan semburat mentari datang pagi.
  • Kalau ingin mendapatkan pemandangan air terjun dengan latar belakang gunung merapi bermandikan cahaya matahari datang sore hari.
  • Bawa lensa lebar untuk mendapatkan foto pemadangan air terjun dengan latar belakang gunung merapi, bawa lensa tele untuk mendapatkan detail-detail air terjun.
  • Datang ketika hari biasa, kalau pas libur dan sabtu minggu biasanya ramai pengunjung, jadi agak sulit untuk mendapatkan foto terbaik.

Peralatan yang dibutuhkan memotret air terjun

  • Kamera
  • Lensa wide
  • Lensa tele
  • Tripod
  • Filter: CPL, ND
  • Aksesoris tambahan : Kabel rilis, kain pembersih lensa

Cara menuju Air Terjun Kedung Kayang

Air terjun Kedung Kayang terletak di jalan utama Boyolali – Magelang. Sayang masih belum terlalu banyak transportasi umum menuju ke sana. Tapi kalau menggunakan motor atau mobil pribadi lebih mudah sih.

Dari parkiran kita tinggal mengambil jalan setapak menuju ke air terjun. Ada dua jalan, yang pertama menuju ke bawah air terjun, yang kedua menuju ke tempat memotret panorama.

Comments

  1. Josssss……istimewa. Langsung tayang. Terima kasih atas petunjuknya Suhu WidhiBek. Lengkap dan informatif.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *