2 sampai 4 Juli 2016 kemarin, Landscape Indonesia berkunjung ke salah satu gunung di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, Gunung Lawu. Gunung dengan ketinggian 3265 mdpl ini terakhir kami datangi puncaknya tahun 2000 lalu, sudah 16 tahun berselang. Perjalanan kali ini, selain untuk lebih mendekatkan diri ke alam, juga mempunyai tujuan untuk Mendokumentasikan Panorama 360 Gunung Lawu dari jalur Cemoro Sewu dan turun jalur Cemoro Kandang. Kami membawa beberapa perlengkapan kamera supaya bisa mengabadikan jalur gunung Lawu dalam format panorama 360.

Panorama 360 Gunung Lawu

Bertiga, Marsono, Agung “Kodok” dan saya Widhi Bek berangkat dari pos Cemoro Sewu sekitar pukul 2 siang. Setelah sebelumnya mengisi daftar dan membayar biaya administrasi di pos pintu masuk Cemoro Sewu.

Seperti biasa Marsono berada di depan, sedang saya di bagian penyapu belakang. Dan seperti perjalanan ke gunung-gunung lain sebelumnya saya selalu berjalan pelan (ngesot ceria ceritanya hehe). Awalnya saya membawa kamera dslr yang saya taruh di tas top loader dan saya kaitkan ke karabiner kecil di tali bahu ransel supaya beban merata di tas ransel. Tapi karena perjalanan siang mungkin jadi baru berjalan tidak beberapa lama, badan sudah basah kuyup karena keringat yang menempel di kaos yang terhalang tas kamera. Belum lagi tas ransel deuter 45+10 yang biasa saya pakai kali ini agak rewel, beban sepertinya kurang merata di bahu dan pinggang. Entah karena tas nya kurang pas packingannya atau karena memang faktor fisik yang kurang persiapan hehehehe.

Panorama 360 Gunung Lawu

Setelah berjalan kurang lebih satu jam kami tiba di shelter yang sepertinya belum terlalu lama dibangun, karena masih cukup bagus. Kami pikir itu pos 1 bayangan, untuk tempat beristirahat sebelum pos 1. Di sini kami sempatkan mengambil dokumentasikan Panorama 360 Gunung Lawu di beberapa spot dan kembali melanjutkan perjalanan.

Panorama 360 Gunung Lawu

Tak lama kemudian kami sampai di pos 1 yang (menurut ingatan saya) baru. Di sini beberapa rumah yang biasanya pas musim pendakian digunakan sebagai warung. O iya buat yang belum pernah naik ke Lawu pasti heran kok naek gunung banyak warung sih ? Memang gunung Lawu selain ramai dikunjungi para pendaki, juga menjadi salah satu tujuan untuk ritual. Bahkan di daerah Hargo Dalem merupakan salah satu tempat yang sering digunakan untuk bersemedi. Jadi jangan bingung kok banyak warung di sepanjang jalur Cemoro Sewu ini.

Kami bertemu dengan beberapa orang dari Magetan yang naik dari jalur lewat jalur Candi Cetho dan turun lewat Cemoro Sewu. Rencana awal kami juga sebenarnya ingin naek dari Candi Cetho tapi karena pengalaman dulu pernah lewat sana dan tersesat karena banyak nya persimpangan tanpa tanda yang pasti. Tapi menurut mereka jalur candi cetho sekarang sudah banyak penunjuk arahnya kok dan view sabananya juga bagus. OK.. next time kami akan coba lewat jalur cetho deh. Untuk melengkapi dokumentasi Panorama 360 Gunung Lawu.

Kami juga dapat kabar kalau warung mbok Yem di Hargo Dalem ternyata sejak 4 hari yang lalu tutup. “Mbok Yem mudik mas” ucap salah satu orang dari rombongan Magetan. “Waduh… lha rencana kita mecel di puncak gagal nih” balas Marsono. Padahal dari bawah tadi rencana kami berangkat hari ini dengan tujuan Hargo Dalem dulu buat mencicipi pecel di dinginnya gunung Lawu je.. “Jadi hari ini kita bikin tenda di pos 2 saja deh” lanjut Marsono merubah rencana perjalanan. “Besok baru kita jalan lagi ke puncaknya” “Tapi warung yang di Sendang Drajat masih buka kok” Timpal rombongan Magetan, “Walau stoknya cuma tinggal mie rebus sama nasi goreng” balas rekan satunya lagi.

Panorama 360 Gunung Lawu

Kami kemarin sempat ingin berbelanja kebutuhan pendakian agak banyak, tapi mengingat akan banyak warung di perjalanan makan kami hanya membawa perbekalan “secukupnya” dan tidak semewah perjalanan ke gunung biasanya, nasib deh.

Panorama 360 Gunung Lawu

Panorama 360 Gunung Lawu

Panorama 360 Gunung Lawu

Panorama 360 Gunung Lawu

Perjalanan menuju pos 2 masih cukup landai dengan jalur berundak batu yang tertata cukup rapi. Saat itu langit di ufuk barat sudah terlihat berwarna oranye kemerahan, tanda mentari sebentar lagi hilang digantikan gelapnya malam. “Senter disiapkan dulu saja buat diperjalanan” saranku waktu kami rehat sebentar mencoba merehatkan badan. Dan ketika gelap tiba, saya coba menyalakan headlamp kok ndak bisa nyala… eh.. tiba-tiba teringat dua baterai AAA yang masih menempel di chager.. alamaaakkkkk ternyata headlamp saya baterainya cuma ada dua dari harusnya tiga.. wkwkwkw… nasib… akhirnya mengandalkan lampu sorot dari hape dalam perjalanan menuju pos 2.

Panorama 360 Gunung Lawu

Beberapa puluh meter sebelum pos 2 kami menengok langit di atas kami dipenuhi bintang, bulan saat itu memang bulan muda, jadi langit gelap pekat. Selarik putih kabut bima sakti kami lihat membentang di belakang kami. “Rehat bentar motret milky way gimana?” saran Kodok ketika melihat tempat agak datar. “Hayuk aja” balasku sembari menaruh ransel dan mulai menyiapkan kamera dan tripod. Tak lama kemudian dari atas terdengar beberapa orang yang turun. Sambil berbasa basi saya menanyakan “pos dua masih jauh mas?” dan dibalas oleh mereka “deket mas, paling cuma dua puluh meter kok” waksss.. Tapi sudah terlanjur kamera terpasang di atas tripod. “Aku naek dulu saja ke pos 2 kalau memang deket” ucap Marsono yang memang tidak senang memotret tapi cukup puas jadi obyek penderita di foto. “Kalau deket balik lagi bantuin bawain tasku Mar” candaku sembari masih menjepret-jepretkan kamera mencari komposisi terbaik.

Tak lama kemudian terdengar suara Marsono menandakan bahwa pos dua memang tidak begitu jauh di depan kami. “Aku balik lagi yaaa” balasnya sembari turun ke bawah untuk mengambil ransel ku.. yihaaaaaa… lumayan lah naik ke pos dua dengan beban ringan karena tas ransel sudah dibawain Marsono.. thank mas bro 😀

<pendokumentasian Panorama 360 Gunung Lawu bagian 2>

<pendokumentasian Panorama 360 Gunung Lawu bagian 3>

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *