Sebulan ini kami kedatangan keluarga baru. Setelah sebelumnya lama ditemani kamera canon 450D maka sekarang turut bergabung big brother canon 6D dalam setiap perjalanan. Mungkin ada yang bertanya kenapa kok mengambil 6D, apakah tidak terlalu jauh “meloncat” dari kelas tiga digit ke satu digit ?

Kalau dari pengamalaman sebulan ini menggunakan 6D di lapangan sebenarnya buat saya tidak terlalu jauh banyak perbedaan dengan menggunakan 450D. Mungkin karena sama-sama dari canon ya.. begitu juga dulu ketika dari kamera poket canon G5 ke 450D saya tidak mendapati banyak kesulitan untuk beradaptasi dari poket ke dslr. Pengaturan dan menu-menu menurut saya tidak jauh berbeda.

Saya belum terlalu banyak menggunakan 6D ini untuk pemotretan pemandangan. Baru dicoba dipakai waktu kemping ceria ke Tawangmangu, Selo, Lampung dan Kalimantan Barat minggu lalu

Dari data website snapsort (http://snapsort.com/compare/Canon-EOS-6D-vs-Canon_EOS_450D) memang terdapat banyak keunggulan canon 6D dibanding 450D. Terutama ketika digunakan untuk kondisi cahaya rendah. Dengan 450D setingan iso tertinggi iso 1600, itupun dengan hasil foto dengan noise yang cukup tinggi. Sedangkan ketika menggunakan 6D mempunyai iso 25,600 dan bisa diboost hingga 102,400. Pengalaman kemarin ketika mencoba memotret di malam hari dengan menggunakan iso 3200 bahkan hingga 6400 hasil foto yang didapat masih cukup bagus. Noise yang dihasilkan dengan iso 6400 saya rasa masih lebih minim dibanding 1600 dengan 450D.

malam berbintang di kampung keluin

Keunggulan lain dari high iso 6D adalah ketika digunakan untuk memotret di waktu malam. Dengan iso 5000 – 6400 memotret malam dengan bintang dan bima sakti jadi lebih menyenangkan. Bintang yang tertangkap sensor kamera “terlihat” lebih banyak. Kabut bima sakti yang membelah langit malam juga semakin sering didapat ketika langit sedang cerah. Pengalaman minggu lalu di pedalaman Kalimantan Barat, di langit sebenarnya tidak terlihat oleh mata kabut bima sakti nya. Tapi bisa tertangkap dengan cukup jelas melalui sensor kamera.. Bahkan kabut bima saktinya tidak seperti yang ditangkap 450D dulu hanya gelap dan terang, dengan 6D ini bisa didapat warna merah biru juga (kagum euy :p)

bima sakti di atas kiluan

bima sakti di atas kiluan

untuk mengabadikan sunrise juga hasil yang didapat lebih kaya warna dan saturasi cukup nendang (halah bahasanya :p). Gradasi warna dan gelap terang yang ditangkap sensor cukup akurat. Kalau dulu dengan menggunakan kamera 450D sering harus melalui proses editing warna dan saturasi, dengan 6D ini terkadang sudah cukup puas dengan hasil jpg yang dihasilkan langsung oleh kamera. Tapi untuk pemandangan yang mempunyai dinamic range yang lebar saya tetap memilih menggunakan format RAW + JPG supaya bisa mendapatkan hasil yang maksimal.

sunrise pagi gunung lawu

mentari tlah bersinar

LCD milik 6D juga mampu menampilkan hasil gambar yang lebih bagus dibanding dengan 450D, karena resolusi screen di 6D memang lebih besar dibanding 450D, 1,040k dots dibanding 230k dots. Tapi terkadang ketika dilihat di LCD kamera warna dan saturasinya cukup nendang, tapi ketika dilihat di layar LCD laptop jadi menurun hasilnya. Mungkin LCD laptop saya yang kurang mampu menghasilkan warna dan saturasi yang bagus. Soalnya ketika dinikmati di LCD TV warna dan saturasinya sebagus dengan di LCD kamera.

pagi gunung merbabu

Adaptasi yang cukup lama malah di cara memegang kamera. Ukuran memang yang sedikit lebih besar dibanding 450D, (129x98x62 mm vs 145x111x71 mm) dan lebih berat (524 g vs 770 g). Selain itu pengaturan menu-menu, di 450D awalnya saya rasa lebih simple dibanding 6D sehingga membuat beberapa kali saya keliru memencet tombol yang digunakan. Menu M-Tv-Av yang di 450D berada di sebelah kanan di 6D menempel di sebelah kiri. Butuh adaptasi memang, namanya juga barang baru. Tapi setelah cukup waktu dan terbiasa, menu dan tombol 6D ternyata lebih simple dan mempermudah pengambilan gambar. Apalagi adanya menu pengaturan AF-Drive-metering di bagian atas yang mempermudah untuk akses langsung.

Tapi berhubung selama ini saya sering mengandalkan 450D + 10-22 untuk mengabadikan pemandangan, dan sayangnya lensa canon 10-22 mempunyai uliran yang berbeda dengan 6D ini. (canon 10-22 lensa EFS sedangkan 6D hanya bisa untuk lensa EF). Lensa sudut lebar 10-22 hampir 4 tahun menemani mengabadikan keindahan lanskap di sepanjang perjalanan. Jadi ketika dengan 6D ini sudut terlebar lensa yang saya punya hanya 24 mm.. wah saya jadi kehilangan banyak distorsi yang selama ini membuat beberapa foto yang dihasilkan terlihat berbeda. Kayaknya perlu nabung lagi buat meminang lensa ultra wide nih 😀

Kekurangan “terbesar” 6D dibanding 450D tentunya masalah harga yang cukup jauh berbeda. Ada harga ada kualitas memang salah satu hukum yang masih berlaku di fotografi. Saya sendiri memakan waktu cukup lama untuk menimbang dan memutuskan untuk meminang 6D ini karena masalah budget. Tapi untuk saat ini saya cukup puas dengan hasil yang didapat.

gunung merapi di pagi hari

Sementara itu dulu sedikit pengalaman menggunakan canon 6D. Nanti akan diupdate lagi ketika sudah banyak traveling bersama 6D nya 😀