Sore di bukit pemancar Jayapura

Biasanya orang datang ke bukit pemancar pada pagi hari, karena memang dari atas bukit matahari terbit akan terlihat di atas laut. Sedangkan sore di bukit pemancar , matahari tenggelam akan tertutup punggungan pegunungan Cyclop. Tapi karena pertimbangan lokasi basecamp berada di Abepura, jadi agak sulit untuk menikmati matahari terbit di bukit pemancar ini.

Perjalanan dari Abepura menuju puncak bukit pemancar yang terletak di Jayapura ditempuh dengan mobil sekitar tiga puluh menit. Disebut sebagai bukit pemancar karena di bukit ini terpasang pemancar beberapa stasiun televisi. Bukit pemancar juga merupakan salah satu titik tertinggi di kota Jayapura.

Kalau dilihat dari kejauhan ada tulisan besar bertuliskan JAYAPURA CITY yang di malam hari akan bercahaya, di sampingnya juga terpasang salib besar penanda kota Jayapura.

Pemandangan dari atas bukit pemancar

Sore di bukit pemancar Jayapura
bentang alam jayapura

Dari atas bukit pemancar, kita bisa melihat pemandangan seluruh kota Jayapura dan sekelilingnya. Di bagian barat punggungan pegunungan Cyclop yang seperti benteng pelindung kota Jayapura. Di sebelah timur, berbatasan langsung dengan teluk Yos Sudarso.

Sore di bukit pemancar Jayapura
melintas

Aktivitas lalu lalang kota Jayapura bisa kita nikmati dari bukit Pemancar. Kalau punya bisa juga membawa binocular untuk mengamati kota Jayapura lebih detail. Aktivitas kendaraan yang membelah jalan raya, perahu yang lalu lalang menyeberangi teluk, atau aktivitas di sekeliling pelabuhan Jayapura.

Saya begitu tiba di atas bukit pemancar juga agak kebingungan untuk mencari komposisi yang tepat. Dengan menggunakan lensa ultra wide, canon 16-35mm saja bentangan pemandangan kota Jayapura dan teluk Yos Sudarso tidak bisa ditangkap dalam satu frame karena luasnya.

Beruntung lensa fisheye, samyang 8mm yang kemarin sempat saya tinggal siang tadi saya masukan kembali ke dalam tas kamera. Jadi setelah cukup puas mengabadikan bentang alam dengan lensa 16 mm dan filter cpl, lensa saya ganti dengan lensa fish eye untuk bisa mendapatkan pemandangan hampir keseluruhan dalam satu frame.

Tak lama kemudian bunyi shutter kamera yang terpasang dalam mode interval tiap 6 detik terdengar beraturan. Saya rencanakan untuk mengambil sekitar 150 frame untuk digunakan sembagai stok timelapse kota Jayapura – sore di bukit pemancar.

Kendala pemotretan

Sore di bukit pemancar Jayapura
menjelang pergantian hari

Kendala yang dihadapi untuk pemotretan sore di bukit pemancar adalah penentuan posisi untuk meletakan tripod. Karena tempat yang sangat terbatas, beberapa panggung kayu yang ada di bawah tulisan Jayapura City telah lapuk, hanya tinggal yang dibagian tengah yang tersisa.

Setelah kita menemukan posisi yang tepat, kendala lain, karena bukit pemancara merupakan salah satu tempat favorit juga untuk menikmati pemandangan Jayapura dari atas, ya pasti akan ada orang lain yang datang. Jadi pastikan datang agak sore jadi bisa dapat posisi strategis.

Biasanya sih mereka akan berangsur pulang setelah cahaya untuk pengambilan gambar menjadi semakin gelap setelah mentari terbenam. Dalam kegelapan dengan smartphone tidak bisa lagi mendapatkan hasil yang bagus. Tapi kalau memang pengen mendapatkan hasil yang bagus, jangan pulang dulu setelah gelap. Tunggu sebentar hingga lampu lampu kota Jayapura menyala. Kita akan bisa mendapatkan foto aktivitas kota Jayapura yang lebih dinamis.

Kerlip lampu kota Jayapura di kejauhan berdampingan dengan lampu kendaraan yang akan tertangkap menjadi kilasan cahaya dalam balutan kecepatan rendah akan bisa kita abadikan ketika sang surya beringsut tenggelam.

Low light photography

Sore di bukit pemancar Jayapura
jayapura bertabur cahaya

Tapi jangan lupa untuk membawa tripod, karena mustahil mendapatkan hasil foto yang tajam dengan kecepatan rendah di cahaya yang minim.

Sore di bukit pemancar Jayapura
gempita malam kota jayapura

Nah kendala berikutnya sehubungan dengan tripod adalah, lantai papan kayu tempat kita memotret. Setiap kali ada gerakan pengunjung lain, akan mengakibatkan getaran pada papan dan kalau terlalu dekat akan berimbas pada tripod yang bergerak. Saya kesulitan di awal ketika ramai pengunjung berfoto untuk mendapatkan hasil yang tajam menggunakan kecepatan di bawah 4 detik.

Sore di bukit pemancar Jayapura
kerlip pulau kayupuloa

Terpaksa bergeser mencari lokasi yang lebih ke pinggir kanan, yang tidak terlalu banyak orang berfoto selfie. Dan menunggu agak sepi lagi untuk mendapatkan hasil yang tajam dengan kecepatan 2 menit.

Sore di bukit pemancar Jayapura
bulan purnama

Di ufuk timur, terang dengan bulatan sempurna terlihat di atas kaki langit. Muncul perlahan di atas awan. Bulan purnama terbit bisa kami nikmati dari bukit Pemancar. Sayang sebagian langit di timur berselimutkan awan jadi tidak terlalu maksimal bisa menikmati bulan terbit kali ini.

Milky way juga tidak bisa kami nikmati, karena di bagian selatan masih tertutup bukit. Jadi kami dari awal memang tidak berharap bisa mengabadikan milky way dari atas bukit pemancar.

“Jangan dekat dekat dengan tiang ya” tiba tiba ada peringatan terdengar dari bapak berjaket di belakang kami. Sebentar lagi lampu akan dinyalakan, imbuhnya lagi. Ternyata setelah mentari terbenam, lampu tulisan Jayapura akan dinyalakan. Kami diminta tidak memegang tiang tiang logam penahan lampu karena resiko ada kebocoran arus.

Sore di bukit pemancar Jayapura
merah, saatnya balik

Lampu merah terang akhirnya menyala, segala sesuatu di bawahnya berubah kemerahan. Akhirnya kami harus undur diri karena efek kemerahan terlihat menyinari rumput dan semak di bawah kami. Terima kasih untuk sore di bukit pemancar jayapura yang menawan kali ini,

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *