31 desember 2017 ini kami hanya berencana berkumpul dengan keluarga besar yang beruntungnya masih punya jatah pada pulang ke rumah. Acaranya cuma sederhana, bakar-bakaran sembari menunggu jam dua belas malam, melewatkan pergantian tahun bersama keluarga. Tapi pergantian tahun juga memang tidak harus dirayakan dengan pesta pora atau bermewah-mewahan. Karena yang penting bersyukur untuk semua yang sudah terlewatkan, semua yang membuat kita menjadi seperti sekarang. Dan bersiap menghadapi hari hari mendatang dengan semangat dan harapan baru.
Belanja untuk nanti malam, jagung manis, sosis dan kentang goreng. Minuman cukup air putih dingin dari lemari es. Tusuk kayu juga disiapkan untuk pegangan ketika memanggang nanti. Arang juga jangan ketinggalan bisa batal nanti acaranya kalau kelupaan tidak beli.


Sekitar pukul delapan kami sudah berkumpul di depan rumah kakak nomer dua, Satriyo. Beruntung rumahnya menempati pojokan perumahan jadi tidak terlalu menganggu aktivitas di sana. Cuaca cerah, sedikit berawan sehingga sepertinya tidak akan turun hujan, nyaman untuk beraktivitas di luar.

Kota Solo untuk pergantian tahun 2018 ini mengeluarkan peraturan untuk tidak menyalakan kembang api, tapi untuk daerah di luar Solo masih boleh, jadi kami berharap nanti masih bisa melihat sekelebat kembang api di langit malam ketika pergantian tahun.
Menyalakan arang untuk bahan baku pembakaran ternyata kalau tidak terbiasa juga bikin pening kepala. Pertama cuma mengandalkan kertas koran yang dibakar. wkwkwkw.. mana kakak yang punya rumah masih belum balik pergi ke luar, jadi kami tidak tahu di mana tempat menyimpan peralatan. Yang ada hanger yang terbuat dari besi tipis kami fungsikan untuk penjempit arang. Untuk mempercepat menjadi bara, arang diletakan di atas kompor gas yang menyala. Dan tidak lama kemudian warna merah sudah membara dari beberapa sisi arang, siap untuk menyalakan arang-arang lainnya.

Pertama jagung manis dioles mentega yang kami panggang di atas tungku. Menyusul sosis yang masing-masing mencoba memanggang sendiri di atas tungku.

Ponakan-ponakan yang masih seusia sekolah dasar dan sekolah menengah terlihat menikmati proses kulit daging sosis yang berubah warna dan siap untuk mereka santap.



Kentang goreng yang dimasak terpisah juga mengalir tak henti sembari mengisi waktu jagung dan sosis selesai dipanggang.
Makanan penutup kali ini durian montong yang banyak dagingnya dan kecil bijinya, manis lagi.. yummyy.

Acara yang sederhana, jauh dari hingar binggar. Tapi kami yakin membawa kesan untuk ponakan-ponakan kami. Bahwa lebih penting berkumpul bersama keluarga dalam acara yang sederhana. Tapi penuh kehangatan dan semangat saling menjaga.

Menjelang pukul dua belas malam, kami berkumpul di luar, menikmati bunyi petasan yang memecah di udara. Sambil saling bersalaman dan berpelukan. Selamat datang tahun 2018, selamat datang hari-hari yang dipenuhi semangat baru.

