Beberapa hari terahkir ini, semenjak keracunan memotret malam dengan lensa fix, saya sempatkan mengubek-ubek internet untuk mencari solusi untuk mengatasi kendala exposure yang kurang begitu pas untuk memotret landscape di waktu malam atau memotret low light.

Dengan kamera 450D saya, mempunyai beberapa keterbatasan. Antara lain adalah iso yang mentok di 1600. Itupun sebenarnya kalau menggunakan iso di atas 800 noise yang muncul sudah lumayan mengganggu. Tapi ya gimana lagi.. namanya juga sudah tehnologi cukup lama. Sehingga akhirnya saya cukup berpuas apabila hunting malam, terutama kalau mengabadikan bima sakti menggunakan 450D dan lensa 10-22 f/3.5 ini dengan settingan mentok semua, iso mentok di 1600, bukaan mentok di f/3,5

Ada beberapa alternatif yang kemarin sempat saya pikirkan sebagai solusi memotret low light. Salah satunya adalah dengan mengupgrade bodi kamera dengan kamera yang lebih baru yang mempunyai kemampuan iso yang lebih tinggi. Sempat terpikir untuk mengambil 60D dengan pertimbangan sudah bisa sampai iso 6400 (walau mungkin juga noise kalau dipaksakan di iso tertinggi tersebut). Tapi kemudian timbul keraguan karena menurut beberapa rumor, kamera 60D ini sudah saatnya memasuki fase 2 tahunan. Biasanya dalam perkembangan kamera dslr seperti canon ini setiap periode 2 tahun mereka mengeluarkan kamera pengganti yang mempunyai kemampuan yang lebih bagus dibanding pendahulunya. Terbukti untuk jajaran dslr entry levelnya canon sudah bertengger canon 650D menggantikan 600D. Nah, takutnya kalau saya upgrade kamera 60D sekarang, trus nanti tidak begitu lama keluar penggantinya (dan semoga) dengan harga yang tidak terpaut jauh tapi mempunyai tehnologi yang lebih baru kan sayang.. ya sudah keinginan upgrade body akhirnya saya tunda dulu..

Solusi memotret low light berikutnya adalah dengan menggunakan lensa yang mempunyai bukaan diafragma yang lebar (fast lens). Ada beberapa alternatif yang sempat terpikir juga. Salah satunya adalah dengan menggunakan lensa-lensa manual jaman masih menggunakan kamera film dulu. Keuntungannya adalah sebagian besar lensa manual keluaran lama ini harga jualnya relatif murah. Tapi karena dslr canon menggunakan sistem mounting lensa yang baru (EF atau EF-S) sehingga lensa-lensa lama  canon bermounting FD tidak bisa terpakai. Solusinya adalah dengan membeli adapter yang tepat. Tapi biasanya lensa-lensa lama ini diproduksi dibawah tahun 90-an sehingga untuk membeli lensa bekas nya musti rajin mencari yang masih bagus. Selain itu juga lensa ini adalah lensa manual fokus.

Solusi memotret low light lainnya adalah membeli lensa fix sejuta umat canon canon 50mm f/1,8. Lensa berbody plastik ini mirip lensa mainan (wkwkkwkw), bentuknya mungil, ringan, dan auto fokusnya agak berisik.. kemarin yang bikin saya keracunan padahal lensa fix pinjaman om Afghan puteh ini yang membuat saya berpikiran untuk mencari lensa bukaan lebar. Sempat dicoba untuk kondisi cahaya minim, tapi fokusnya kurang begitu cepat untuk kondisi minim cahaya. Untuk menggunakan manual fokus agak tidak bersahabat karena ring pengaturan manualnya yang pendek. Tapi dengan harga sekitar 800 ribu mendapatkan lensa bukaan f/1.8 dan auto fokus. Hasilnya pun juga termasuk cukup tajam untuk lensa berharga di bawah satu juta ini.

Sempat melirik beberapa lensa fix lain seperti canon 50 f/1.4 kemudian sigma 30 f/1.4 dan tidak sengaja ketemu beberapa review mengenai samyang 35 f/1.4. Sebagian besar review memuji kinerja dan ketajaman hasilnya walau dibukaan terlebarnya. Kalaupun ada kekurangan biasanya di tidak adanya fasilitas auto fokus. OKay.. akhirnya saya putuskan untuk hunting lensa yang termasuk “murah” dibanding dengan lensa sejenis.

Dan beberapa hari lalu akhirnya lensa idaman inipun mulai bertengger di 450D kesayangan. Siap untuk menemani hunting bima sakti minggu depan di Pulau Moyo nih kayaknya…

Terlampir beberapa foto hasil Samyang 35 f/1.4. Semua hanya di resize dari jpg keluaran kamera. Untuk sementara ini saya cukup puas dengan hasilnya. Tapi musti lebih banyak belajar lagi, terutama karena viewfinder 450D yang agak cukup menyulitkan untuk menentukan letak fokus apabila menggunakan bukaan terlebar yang sempit sekali DOF nya.

Plus minus nya lensa Samyang 35 mm f/1.4

Plus :

  • Harga termasuk cukup murah (dibanding dengan lensa yang mempunyai spesifikasi sama)
  • Ketajaman yang cukup merata, bahkan di bukaan terbesar sekalipun
  • Kualitas body yang cukup bagus

Minusnya :

  • Hanya bisa manual fokus (susah kalau buat motret ponakan yang tidak bisa diam :D)

test samyang 35 f/1.4

test samyang 35 f/1.4

test samyang 35 f/1.4

test samyang 35 f/1.4

test samyang 35 f/1.4

test samyang 35 f/1.4

untuk review mengenai lensa samyang ini bisa juga dibaca di sini :

http://www.ephotozine.com/article/samyang-35mm-f-1-4-ed-as-umc-lens-review-19625

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *