Sore ini melipir bareng beberapa teman ke kebun teh Kemuning, Karanganyar, sekitar satu jam perjalanan dengan mobil dari rumah. Tujuan kami mengabadikan keindahan sunset yang belakangan ini keliatannya sudah mulai menunjukan tanda tanda cuaca bersahabat. Tapi begitu kami mobil masuk pertigaan yang menuju ke candi Cetho cuaca mendung menyelimuti gunung Lawu. Dan begitu lewat kebun karet hujan mengguyur permukaan bumi. Wah gagal deh rencana mengabadikan senja di Kemuning

Ya memang sering kita menyusun rencana hunting dengan segala tetek bengek persiapannya.. Tapi kalau sudah di alam, ya kita musti bisa siap menerima apa adanya. “Gunung punya cuaca sendiri” itu salah satu ungkapan di antara teman-teman kami para penyuka fotografi pemandangan alam.

om Windar, gerimis dan pelangi

Dan begitu kami tiba di lokasi, hujan gerimis masih membasahi bumi. Mendung gelap menyelimuti punggungan gunung Lawu. Sementara di ufuk barat, awan menutupi kaki langit. Tak ada harapan untuk bisa menyaksikan bulatan sang surya meninggalkan tugasnya menyinari bumi kali ini. Senja di Kemuning kali ini keliatannya bakalan jadi sore yang kelabu.

pelangi di atas Kemuning
beruntung menggunakan filter CPL jadi bisa lebih mengangkat warna pelangi yang tipis

Beruntung bias sinar mentari yang sempat muncul menyinari sisi barat kebun teh dan selarik bujur berwarna terbias melintas di atas kebun teh. Pelangi yang tidak terlalu kentara karena terbias latar belakang hijauan daun teh cukup membuat kami menyibukan diri menjepretkan kamera mengabadikan sebelum kembali pupus.

bias warna pelangi
pelangi dan payung pelangi

Beberapa teman sudah menyibukan diri mencoba mencari sudut pandang yang berbeda untuk mengakali langit kelabu dan matahari terbenam yang tertutup awan. Tripod sudah mulai dikeluarkan karena cahaya mulai temaram sehingga kecepatan yang dibutuhkan untuk mendapatkan exposure yang sesuai menjadi lebih lambat.

salah seorang pengunjung mencoba mengabadikan mentari terbenam yang tertutup awan
pengen jadi kayak mas nya fotografer yang keren itu
para fotografer mulai beraksi

Adit “Negro” begitu melihat hujan mulai reda segera mengeluarkan drone nya dan tak lama kemudian bunyi dengungan 4 kipas serangga elektrik pun mulai memecah keheningan, mencoba mendokumentasikan senja di Kemuning dari sudut pandang atas. Saya sendiri ragu-ragu karena mencoba terbang pun juga kurang begitu banyak yang bisa diabadikan dengan cuaca seperti ini.

lapisan senja
senja sebentar lagi tiba
mentari yang malu malu dibalik awan
time lapse gunung Merbabu berselimut awan
berdua menikmati senja

Saya masih berharap selepas gelap nanti awan yang memenuhi langit berkenan membuka diri. Sehingga salah satu list memotret orion untuk bulan ini bisa tercapai. Beberapa kali hape terangkat ke atas untuk memastikan posisi orion ketika nantinya langit cerah. Dan sempat selama beberapa menit 3 bintang sabuk orion terlihat terang. Segera tripod dan tracker terpasang tapi tak cukup cepat karena begitu semua terpasang, awan sudah kembali menutupi langit.

sayang setelah itu mendung kemballi menyelimuti langit

Mencoba menunggu sekitar 15 menit, tapi ternyata awan gelap semakin bertambah banyak. Di belakang punggungan gunung Lawu beberapa kali terlihat nyala terang, mungkin sedang ada badai di sana. Akhirnya saya putuskan untuk kembali mengemas peralatan memotret dan bergabung dengan teman-teman lainnya yang sudah menanti di warung. Kali ini saya masih belum diijinkan untuk mengabadikan keindahan nebula orion. Tapi masih banyak waktu-waktu lainnya.

mengabadikan temaram lampu di kejauhan
warung yang menjadi tempat kami menghangatkan diri ketika terlalu lama terkena angin pegunungan
Dwi “Kebo” Suryanto dan Icuk “Jumbo” Kurniawan sedang sibuk dengan kamera masing-masing

Dalam perjalanan pulang hujan deras beberapa kali mengguyur, tapi saya yang duduk di belakang sudah terlelap dan hanya sesekali terbangun. Bermimpi tentang orion yang masih sulit digapai.

gunung Lawu dilingkupi awan, sesaat sebelum kami beranjak pulang