Sekitar pukul 10 pagi kami mulai perjalanan dari basecamp REMPALA di desa Candisari, Ampel, Boyolali. Cuaca masih cukup bersahabat, tandanya langit biru masih menemani kami ketika meninggalkan dukuh Wonolelo, dusun Ngangrong, Ampel, Boyolali. Hari ini kami akan menyusuri punggungan timur Merbabu menuju air terjun Semuncar.

mengke yen mpun tekan sareyan, milih sing dalan sebelah kiwo njih mas. Yen teng kanan niku teng ndeso” (nanti di makam ambil jalan yang ke kiri ya mas. Kalau ke kanan itu ke desa”) ucap pak Suripto, penjaga basecamp. Tapi ketika sampai makam Syech Maulana Ibrahim Maghribi kami pun sedikit ragu karena jalur di kiri cuma kecil setapak, sedangkan di sebelah kanan jalur lebar mengarah ke sungai. Akhirnya kamipun bertanya kepada salah satu penduduk yang sedang beraktivitas di sekitar makam.

menyusuri punggungan timur merbabu
jalur di sebelah kiri ini jalur menuju ke air terjun Semuncar

Dan ternyata memang jalan kecil di samping kiri makam itulah jalan yang harus kami lewati untuk menuju air terjun Semuncar. Selepas itu kami berjalan di jalu setapak di antara bukit dengan aliran sungai di bawah kami. Tapi nanti beberapa kali kami harus turun dan melewati sungai. Jadi persiapkan pakaian lapangan yang cepat kering. Alas kaki juga cukup menggunakan sandal gunung, karena kalau bersepatu bakalan basah selama melewati aliran sungai.

Loading...

Foto merupakan panorama 360, silakan diputar ke kiri kanan atas bawah untuk melihat sekeliling. Kalau ada ikon kamera berwarna biru bisa diklik untuk pindah ke lokasi lainnya

Menurut informasi jarak dari basecamp menuju air terjun Semuncar sekitar 3 km dan ditempuh sekitar 2-3 jam. Tapi karena memang perjalanan kami selama ini selalu lebih lambat karena banyak diisi dengan bercanda, menikmati pemandangan dan tentunya menyalurkan kesukaan memotret.

menyusuri punggungan timur merbabu
menyusuri sungai

Beberapa kali sengaja mengambil jalur air karena sensasi air sungai yang dingin menyegarkan di kaki. Selain itu perjalanan juga tidak terlalu menanjak terjal sehingga kami bisa berjalan cukup santai.

menyusuri punggungan timur merbabu
melompat dari satu batu ke batu yang lain

menyusuri punggungan timur merbabu
mengabadikan keindahan sepanjang jalur

Tak lupa kami sering melakukan kebodohan-kebodohan sepanjang perjalanan supaya tidak terlalu capek

menyusuri punggungan timur merbabu
bermain golf

menyusuri punggungan timur merbabu
berdendang sepanjang jalan

Sekitar satu jam perjalanan kami tiba di air terjun pertama yang berada di pertigaan sungai. Disebut air terjun Tempuran mungkin karena berasal dari pertemuan dua sungai. Air terjunnya tidak terlalu tinggi mungkin sekitar 4-5m. Air terjunnya juga tidak terlalu lebar, lebih menyerupai jatuhan air. Tapi air bening yang dingin di kubangan air membuat kami ingin menceburkan diri ke sana. Tapi air terjun Semuncar yang menjadi tujuan perjalanan kami masih jauh di depan. “Nanti saja kita mandi dalam perjalanan pulang, supaya tidak terlalu kedinginan di jalan nantinya” usul Marsono.

menyusuri punggungan timur merbabu
air terjun Tempuran

menyusuri punggungan timur merbabu
berpose di depan air terjun Tempuran

Di sekitar air terjun Tempuran kami masih bisa mendapat sinyal salah satu provider untuk berinternet. Jadi masih bisa mencoba mencari informasi mengenai jalur menuju air terjun Semuncar. Setelah ini ada 3 lagi air terjun. Air terjun Tuk Songo, Watu Abang dan terakhir Semuncar. Perjalanan juga menurut beberapa tulisan perjalanan akan lebih berat dan di beberapa titik harus menaiki tebing.

Setelah dirasa cukup beristirahat kami melanjutkan kembali perjalanan dengan mengambil jalan setapak yang berada di sebelah kiri air terjun. Jalan yang menanjak hingga tiba di sungai di atas air terjun Tempuran.

menyusuri punggungan timur merbabu
jalur sungai di atas air terjun Tempuran

menyusuri punggungan timur merbabu
batuan semakin rapat

Semakin ke atas vegetasi mulai berubah, warna hijau daunan semakin menguasai pemandangan di sekitar sungai

menyusuri punggungan timur merbabu
mulai banyak pohon pakis menutupi sungai

menyusuri punggungan timur merbabu
kembali melanjutkan perjalanan

Sungai menjadi lebih sempit dan di beberapa tempat menjadi lebih terjal. Aliran sungai juga semakin deras karena kemiringan permukaan. Bahkan sebelum tiba di Tuk Songo kami harus menaiki jalur ditepi sungai yang cukup licin. Beruntung Marsono membawa persedian tali webbing 3 buah sehingga bisa digunakan untuk berpegangan menaikin jalur.

menyusuri punggungan timur merbabu
mengukur kedalaman air sungai sebelum melangkah

menyusuri punggungan timur merbabu
jalur semakin terjal

menyusuri punggungan timur merbabu
hati hati jalur licin

menyusuri punggungan timur merbabu
jalur sungai semakin menyempit

menyusuri punggungan timur merbabu
hati hati melangkah biar tidak terpleset

Setiba di Tuk Songo, kami menjumpai dinding tegak setinggi kurang lebih 4 meter. Marsono dengan keahlian pendakian yang dimiliki sejak dulu langsung menaiki tebing tanpa ragu-ragu. Setelah sampai di atas Marson menemukan tambatan yang digunakan untuk mengikat tali. “Lewat sini saja” teriak Marsono sambil melemparkan tali webbing ke bawah.

menyusuri punggungan timur merbabu
rehat sejenak menikmati kedamaian alam

menyusuri punggungan timur merbabu
menaiki dinding Tuk Songo

Dari bawah kami melihat selepas air terjun Tuk Songo ini aliran sungai membentuk dinding yang cukup sempit. Langit sudah cukup gelap di atas kami, bahkan di bawah sudah beberapa kali terdengar bunyi gemeretuk menandakan hujan mungkin sudah turun di bawah kami. Ada kekawatiran di atas kami hujan deras, karena kami tidak bisa melihat ke depan karena tertutup punggungan. Agak riskan juga, apalagi sudah menjelang pukul 2 sore. “Mar, cuaca mulai mendung” teriakku dari bawah mencoba mengalahkan deru air terjun. “ok, aku cek dulu di atas sebentar” balas Marsono, yang tak lama kemudian menarik tali webbing ke atas dan menggunakan nya untuk menyusuri aliran sungai ke atas. Kami di bawah menunggu sembari was was ketika gelap semakin menutupi langit di atas kami.

menyusuri punggungan timur merbabu
menunggu Marsono kembali

Sekitar sepuluh menit kemudian Marsono sudah kembali. “Kalau bawa tas kamera, tidak ada jaminan tidak basah” teriaknya. “Arus deras dan di beberapa tempat harus menyeberang sedalam dada” tambahnya lagi. Kemudian Marsono mulai menurunkan tripod dan tas daypacknya ke bawah dengan bantuan tali. Dan setelahnya dengan berhati hati menuruni tebing.

“Aku tadi sampai ke air terjun cukup tinggi, tapi dari tidak ada jalan lagi” cerita Marsono ketika sudah berkumpul lagi. “Sungai juga semakin sempit, dan beberapa tempat harus dilewati dengan menyeberangi aliran sungainya. tingginya segini nih” ucapnya sembari tangan mengarahkan ke perut. “Tas kamera pasti basah semua”.

“cuaca juga kurang mendukug Mar” imbuhku. “Kalau hujan deras di atas, kita tidak bisa tahu apakah tidak banjir nantiya kalau melihat sungai yang diapit dinding tinggi kayak tadi.

menyusuri punggungan timur merbabu
makanan ringan di perjalanan

Kami berdiskusi di air terjun Tuk Songo sembari menikmati makanan ringan yang kami bawa. Dalam setiap perjalanan kami memang mencoba mengutamakan keselamatan. Baik keselamatan diri maupun keselamatan peralatan kami. “Besok lagi kalau ke sini lagi, kita berangkat lebih pagi” usul Icuk. “Dari basecamp paling tidak pukul 6 pagi, dari Solo bisa jam 4 pagi” tambahnya lagi. “Bawa dry bag juga buat supaya kalau masuk ke air peralatan aman” Marsono menambahkan. Deal, jadi kami sekarang memutuskan kembali ke bawah, dan lain kali kembali lagi dengan persiapan yang lebih matang. Safety First

Dalam perjalan turun, ketika tiba di air terjun Tempuran, gerimis mulai semakin deras. Kami memutuskan membuat bivak sementara dari jas hujan. Sembari menunggu hujan reda kami mengisi ulang energi dengan bekal makan siang nasi bungkus.

menyusuri punggungan timur merbabu
berpose sehabis berendam

Setelah itu kami menceburkan diri ke kolam di bawah air terjun Tempuran. Brrrrrr… dingin menusuk tulang, serasa diguyur es batu saja. Tapi jernihnya air membuat kami memaksakan diri tetap bermain air.

menyusuri punggungan timur merbabu
jalur di pinggir sungai

menyusuri punggungan timur merbabu
melipir dinding sungai

menyusuri punggungan timur merbabu
sebentar lagi sampai basecamp lho

Sesampai di basecamp sekitar pukul 5 sore kami disambut pak Suripto. “kalau sampai pukul setengah enam belum sampai rencananya kami akan naik menjemput mas masnya. Takutnya ada apa apa karena sore tadi hujan badai di sini”. Wah kami beruntung tidak bertemu hujan badai ketika berada di atas tadi, kebayang gimana rasanya berjalan dalam cuaca hujan deras dan angin kencang.

Setelah itu kami memesan minumah panas dan makanan sembari bertukar cerita dengan teman-teman yang menjaga basecamp. Menurut mereka dari Watu Abang menuju ke Semuncar sudah tidak terlalu jauh lagi, tapi jalurnya paling ekstreem. Dan banyak cerita lain mengenai air terjun di sisi kiri. Ada 14 air terjun menuju air terjun Sipendok. “6 jam perjalanan untuk menuju kesana, itupun jalan kaki standar para relawan Merbabu” Kebayang kalau kami mungkin jadi 10 jam lebih. Dan ternyata baru ada 3 team yang pernah ke sana. Karena alasan jauh dan juga masih banyak cerita mistis.

Sekitar pukul 7 malam kami pun akhirnya berpamitan dengan teman-teman baru. “Kalau ke sini lagi bermalam dulu saja di basecamp, baru paginya ke air terjun mas” usul mereka sembari mengantar kami pulang.

menyusuri punggungan timur merbabu
bertukar cerita dengan para penjaga basecamp

Terima kasih Merbabu untuk perjalanan yang menyenangkan hari ini. Suatu hari nanti kami akan kembali lagi dengan persiapan yang lebih matang hingga bisa mengabadikan keindahan air terjun Semuncar.