Mentari terbenam meninggalkan jejak warna oranye kekuningan di ufuk barat. Perlahan kegelapan mulai menaungi kami bertiga yang saat itu masih berada di gunung Gamping. Tak berapa lama beberapa titik terang terlihat di langit. Empat bintang yang membentuk layang-layang juga sudah terlihat. Sementara di kaki gunung Lawu, awan putih berarak menutupi punggungan dan puncak gunung Lawu. Kami tidak berharap banyak bisa mendapatkan milky way malam ini, tapi tetap berharap siapa tahu kami beruntung yang tadi baru saja menikmati senja gunung Gamping Karanganyar

Loading...

Foto merupakan panorama 360, silakan diputar ke kiri kanan atas bawah untuk melihat sekeliling. 

“Kita kemana sehabis ini?” pertanyaan yang kami tanyakan ketika siang kemarin acara outboond SD Pangudi Luhur Surakarta di Mojogedang usai sekitar jam 2 siang. Masih terlalu siang untuk kembali pulang ke rumah. Tapi juga tujuan kemana kami masih belum ada ide juga. Saya dan Dwi “Kebo” Suryanto yang berboncengan dari Solo dengan sepeda motor mencoba mengompori Marsono supaya ndak langsung pulang ke Solo tapi cari tempat buat jalan-jalan dulu di sekitaran Karanganyar.

Muncul dua pilihan, ke air terjun di sekitar Matesih (lupa namanya dan lupa jalan yang lebih tidak curam menuju ke sana) atau ke gunung Gamping untuk menunggu sunset. “kita ke Karang Lo aja, sembari mengingat masa lalu” usul Marsono. Dulu memang jaman masih sering ikutan pencinta alam kami beberapa kali berlatih panjat tebing di dinding Karang Lo.

Perjalanan dari Mojogedang menuju ke Matesih sempat terkendala ketika sepeda motor yang saya gunakan berboncengan dengan Dwi Suryanto tiba tiba mulai terasa oleng. “Ban bocor Bek !” ucap Dwi. Ternyata benar, pada ban luar belakang tertancap strepless kecil.

Beruntung sekitar 500 meter dari tempat kejadian ke-ban-an masih ada tempat tambal ban yang masih buka. Ada dua lubang di ban dalam ternyata. Satu lubang kecil kemungkinan karena tertancap tadi, satu lagi sobek di lipatan.

Sembari menunggu selesai proses menambal kami menyempatkan mencari informasi seputaran air terjun yang mungkin belum kami dengar di sekitaran Mojogedang – Matesih. Tapi jawaban yang kami dapat ya masih tetap air terjun grojogan sewu di tawang mangu dan jumog di kemuning yang mereka tahu.

Setelah beres dengan urusan ban, dua motor kami kembali membelah jalan menuju ke Matesih. Cuaca sempat meredup bahkan turun rintik hujan ketika mendekat daerah Karang Lo. Tapi kami meneruskan laju kendaraan dengan harapan hujan tidak bertambah deras.

Beruntung hujan hanya sekedar jatuhan air lewat, karena begitu dekat dengan lokasi hanya tersisa langit mendung. Gunung Lawu yang harusnya terlihat tapi masih tertutup awan. Menyisakan gumpalan putih di bagian timur. Sedangkan di bagian barat sang surya masih tersembunyi di balik mendung.

Kalau perjalanan ke gunung gamping yang pertama dulu kami memilih tempat bekas kuburan di sisi kiri, kali ini kami mencari lokasi di bukit karang di sebelah kanan. Mengikuti jalan setapak hingga tiba di bagian atas bukit karang.

lope lope
jembatan bambu

Dari sana kami bisa menyaksikan kaki langit yang mulai tersiram cahaya keemasan. Semburat senja menerangi persawahan dan perkampungan yang berada di bawah kami. Tak lama kemudian bulatan mentari muncul dari balik awan. Menyisakan semburat senja sebelum kembali ke peraduan.

mengabadikan senja
senja merona
suasana desa

Sengaja menerbangkan drone sore ini untuk mengabadikan suasana senja gunung Gamping Karanganyar. Terbang dari balik bukit, mengabadikan siluet bukit karang, terbang sedikit ke atas dan merekam bulatan mentari yang mengiringi senja kali ini.

usai terbang

Perlahan kegelapan tiba. Beberapa titik bintang mulai terlihat di langit. Rasi bintang salib selatan sudah mulai terlihat di belakang kami. “Nunggu milky way sekalian yuk” usul Dwi. Saya dan Marsono sih mengiyakan.

menikmati senja

Dan berhubung saya ndak bawa tripod, dan daripada cuma bengong nungguin Dwi Suryanto yang sudah dari jeprat jepret di atas tripod. Ya sudah memanfaatkan peralatan yang dibawa aja sambil iseng-iseng mengabadikan suasana Matesih yang masih tersapu langit senja.

senja pun tiba

Dengan bantuan penerangan dari lampu handphone, dan sedikit percobaan (sering) gagal jadilah beberapa frame yang cukup lumayan lah buat dipasang di facebook

marsono pura pura motret
dwi in action

Ditunggu lebih lama ternyata kami masih kurang beruntung. Milky way yang harusnya sudah mulai terlihat masih tertutup awan putih. Kami masih menunggu. Sementara Marsono mulai mengumpulkan beberapa ranting kering dan menyusun di batu karang.

crux – nebula carina

Rasanya sudah lama saya tidak mendengar gemertak ranting kering yang dilahap lidah api. Padahal biasanya pertengahan tahun seperti ini kami sering meluangkan waktu berkumpul diantara tenda dan kegelapan malam.

api unggun kecil

Harapan untuk menikmati milky way di gunung Gamping Karanganyar pun pupus ketika awan putih semakin naik ke atas, menutup hampir semua langit. Harapan lain untuk bisa menikmati bulan terbit dari atas gunung Gamping pun juga sirna.

milky way masih belum terlihat
mengabadikan suasana malam

Akhirnya kami putuskan untuk turun kembali ke kampung. Perut sudah mulai terasa lapar dan juga cuaca kurang terlalu bagus untuk berdiam lebih lama di atas gunung Gamping Karanganyar.

Begitu kami turun hingga di pertengahan jalan, bulatan kekuningan bulan tampak muncul di balik awan. Kami hanya saling pandang sambil menawarkan diri siapa yang masih mau memotret bulan terbit. Tapi kondisi sekitar kurang terlalu bagus untuk mencari komposisi yang menarik. Jadi ya sudah kami meneruskan kembali langkah menuruni undakan menuju ke kampung.

bulan terbit dan siluet gunung lawu

Terima kasih gunung Gamping untuk keindahan sore ini. Mudah-mudahan suatu saat nanti kami bisa kembali lagi menikmati keindahan alam dari atas bukitmu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *