Salah satu keuntungan tinggal di Flores adalah langit malamnya yang sepertinya selalu dipenuhi bintang. Gugusan galaksi bima sakti membentang di langit, membujur dari selatan hingga menyentuh kaki langit utara. Saya yang sering memilih untuk tidur beratapkan langit di dek atas kapal Lalunia, terkadang terbangun menantapi kerlip bintang yang sesekali dihiasi kilatan cahaya melintasi gelapnya malam. Salah satu mimpi saya yang kalau di Jawa hanya bisa dinikmati sembari berkemah di luar kota.

repotnya hunting milky way di atas kapal

Tapi ada repotnya juga kalau ingin memotret landscape malam berlatar belakang langit berbintang di atas kapal dibanding kalau berada di darat. Kalau di darat, setingan standar untuk memotret malam adalah dengan menggunakan tripod dengan kecepatan 10-30 detik. Setelah itu bisa kita tinggal ngopi dan ngobrol sesama teman.

goyang dombret

Nah kalau di atas kapal, kendala yang dihadapi adalah kapal yang bergoyang. Walaupun sudah tertambat di teluk yang tenangpun, kapal akan selalu bergoyang mengikuti arus dan ombak.

Kalau tetap berpedoman dengan setingan di darat yang ada adalah foto dengan bintang yang bergerak. Kadang kalau kapal berayun berirama, bintang akan bergerak membentuk lingkaran, mirip kalau kita star trail dengan speed di atas 5 menit. Tapi yang sering terjadi adalah foto dengan bintang yang bergerak acak, naik turun.

star trail

Yang lebih susah tentunya kalau ingin memotret galaksi bima sakti atau milky way. Dengan kecepatan 10 – 30 detik sudah pasti akan didapat foto bima sakti yang bergoyang. Kalau mengurangi kecepatan, galaksi bima saktinya hanya samar terlihat di hasil fotonya.

bergerak liar

Selama hampir dua bulan ini, kalau ada kesempatan, saya masih beberapa kali mencoba mendapatkan foto milky way yang cukup bagus dari atas kapal. Walau bisa dibilang hanya 1-5% saja yang berhasil, sisanya sekedar menuh menuhin harddisk, nunggu penuh dan nanti dihapus hahaha.

berlayar menuju galaksi

Terkadang saya lebih sering hanya tiduran, mendengarkan musik, atau cuma sekedar melamun sembari menikmati kerlip bintang. Tapi kalau lagi pengen, saya biasanya mencoba kombinasi dari beberapa lensa, canon 16-35 f/4, samyang 14mm f/2.8 dan sigma 35 f/1.4. Dan dari pengalaman selama ini masing-masing punya kelebihan dan kelemahannya sih.

hotel ribuan bintang

Tantang Memotret di atas kapal

Tantangan memotret di kapal adalah kecepatan musti diusahakan serendah mungkin untuk mengimbangi kapal yang bergoyang. Untuk itu solusinya bisa dengan menaikan ISO atau menggunakan lensa dengan bukaan lebar.

milky way di atas gili lawa

Dari pengalaman, 3 detik adalah maksimal (mal mal mallll) untuk bisa dapat gambar dengan goyangan yang masih bisa ditoleransi. Sebenarnya 1 detik juga sudah terlihat bergoyang sih, tapi masih bisalah kalau cuma sekedar dipakai buat di medsos kalau menggunakan kecepatan 3 detik.

sebelum mentari terbit

Biasanya saya memotret milky way dengan canon 16-35 dan bukaan yang cukup besar f/4. Biasanya menggunakan iso 6400 dengan kecepatan 20-30 detik untuk mendapatkan foto milky way yang optimal.

Canon 16-35 mm f/4

Selama ini saya memotret milky way biasanya menggunakan lensa favorit, canon 16-35 mm f/4 dengan setingan standar 20-30 detik, iso 6400 dan f4. Untuk mengakali goyangan kapal saya harus menurunkan kecepatan menjadi 3 detik, berarti saya musti menaikan sekitar 4 stop. Bukaan lensa sudah terlebar di f/4, iso berarti paling tidak dari 6400 menjadi 52ribu haha.. Yang ada gambar akan noise sekali. Tapi ya mau gimana lagi daripada tidak dapat momen kan ? Alternatif lainnya sih ya tetap dengan iso 6400-12800 walau hasil akan under,

milky way membentang

Samyang 14 mm f/2.8

Percobaaan berikutnya dengan menggunakan lensa samyang 14 mm f/2.8. Sudut pengambilan gambar yang lebih lebar menjadi salah satu keunggulan lensa manual samyang ini. Bukaan lensa juga satu stop lebih tinggi dibanding lensa canon. Jadi iso bisa menggunakan iso 12800 dan kecepatan bisa di 3 detik.

Beberapa kali percobaan tidak cukup berhasil karena 3 detikpun masih cukup berasa goyangan kapalnya. Tapi ya cukup sangat membantu dengan lensa bukaan f/2.8 ini dengan kondisi yang super duper sulit ini.

bocor cahaya

Cuma salah satu kelembahan lensa samyang ini coatingnya tidak sebagus lensa canon. Jadi begitu berhadapan dengan sumber cahaya yang cukup terang hasilnya kurang begitu bagus. Flarenya nya agak sedikit kacau menurutku hahaha.

milky way terbenam

Sigma 35 mm f/1.4

Percobaan berikutnya dengan menggunakan lensa sigma 35 f/1,4. Keunggulan lensa ini adalah bukaan yang sangat lebar, 3 stop dibanding f/4 jadi bisa menggunakan speed lebih cepat. Tapi kelemahannya adalah focal length 35mm hanya bisa mendapatkan sebagian saja dari milky way. Kalau posisi milky way tegak lurus hanya bisa mendapatkan bagian intinya, tidak memanjang dari ujung ke ujung. Jadi harus bermain di komposisi atau menunggu milky way dalam posisi rendah.

milky way di atas rinca

Kesimpulannya…

Jadi masing-masing punya keunggulan dan kelemahannya sih. Dan memang memotret di kapal lebih banyak tantangannya untuk memotret milky way. Dan jangan terlalu pusing kalau hasilnya kurang sesuai hahahaha.

milky way dan bulan terbenam

Berikutnya dicoba untuk lebih banyak hunting milky way di darat saja biar lebih puas memotretnya hahaha.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *