Sori masih belum sempat untuk menuliskan cerita perjalanan dari Semeru kemarin, karena pulang dari sana dapat kabar kalau website Landscape Indonesia perlu dimaintenance. Setelah 2.5 hari baru kelar perbaikan website Landscape Indonesianya. Jadi untuk sementara silakan dinikmati beberapa frame yang sempat terambil pada saat perjalanan Semeru, 2-7 Juli 2015 kemarin ya

Semeru dalam frame

Perjalanan kami sempat tertunda 1 hari karena pendakian ke Semeru ditutup untuk pencarian salah satu survivor yang hilang dalam perjalanan turun dari puncak. Untung kemudian survivor ditemukan masih hidup dan bisa segera di evakuasi. Kami memanfaatkan waktu untuk menikmati keindahan kaki gunung Semeru di Ranu Pane sembari beraklimitasi menyesuaikan kondisi tubuh untuk perjalanan ke Semeru setelah nanti dibuka kembali.

Semeru dalam frame

Indonesia rasa eropa. kapan lagi bisa merasakan dingin yang bahkan membuat ranu pane tertutup lapisan es di pagi hari.musim kemarau kali ini memang cukup dingin, jadi untuk teman-teman yang berencana untuk berkegiatan di alam bebas, persiapkan pakaian hangat ya supaya aktivitas tetap bisa berjalan normal

Semeru dalam frame

Ranu Kumbolo terlihat begitu indah dari Pos 4. Dari sini kita bisa memuaskan menikmati Ranu Kumbolo dari sisi timur laut. Di ujung sana merupakan pos Ranu Kumbolo tempat kita nanti bermalam.

Semeru dalam frame

Setelah melakukan perjalanan 6 jam dari Ranu Pane kami pun tiba di Ranu Kumbolo. Walau kami berjalan cukup pelan dan agak banyak beristirahat, tapi sudah cukup bagus dibanding rekor tahun 2010 lalu, 8 jam Ranu Pane ke Ranu Kumbolo. Malam di Ranu Kumbolo sangat dingin saat itu. Bahkan Marsono sempat menyalakan trangianya di dalam tenda untuk memberi kehangatan.Tapi pemandangan indah Ranu Kumbolo di waktu malam, dengan berhiaskan bulan purnama, terlalu sayang untuk dilewatkan begitu saja. Akhirnya dengan sedikit terpaksa “kuseret” tubuhku keluar dari kehangatan sleeping bag dan mengambil posisi di depan danau. Ya malam itu sangat indah. Bintang bersinar menerangi malam ditemani bulan yang masih dalam fase purnama. Di depan pantulan nyaris sempurna punggungan bukit tertutup sediki kabut di permukaan airnya.

Semeru dalam frame

Nice to meet you again !!
kemarin perjalanan ke Semeru, saya menyempatkan membawa buku SEMERU untuk melihat perubahan apa saja selama kuru waktu 5 tahun.Ada beberapa perubahan. Tapi semua masih tetap hampir sama di dalam ingatan saya. Langitnya pun juga tetap biru sama seperti ketika saya memotret tanjakan cinta 5 tahun lalu.Siapa yang sudah punya atau baca buku SEMERU nya Landscape Indonesia ?

Semeru dalam frame

Milky Way di atas Mahameru, 5 tahun yang lalu saya pertama mengabadikan milky way di sini. Awal yang memulai kecintaan saya dengan foto pemandangan malam dan langit berbintang. Dan sekarang hutang saya seakan lunas sudah ketika bisa kembali merekam pendaran bima sakti di atas Mahameru.

Semeru dalam frame

Jam tangan ku sudah menunjukan pukul 5.30, sementara puncak Mahameru sudah terlihat tapi masih jauh dari jangkauan kaki melangkah. “Mar, aku di sini dulu, nunggu sunrise” teriak ku pada Marsono yang tidak terlalu jauh berada di depan ku. “Tapi nanti naik ke puncak kan ?” balas Marsono mencoba meyakinkan supaya aku terus melanjutkan perjalanan. “Pasti” balasku sembari menyiapkan tripod dan peralatan kamera.5 tahun yang lalu, kayaknya saya juga tidak terlalu jauh berada di punggungan Mahameru ini. Menikmati kehangatan cahaya pertama dari menyinari bumi dari jalan berpasir yang menanjak curam ini. Di bawah sana pos Kalimati, tempat kami memulai summit attack terlihat kecil. Pegunungan Bromo Tengger terlihat mengepulkan asapnya. Semburat oranye kemerahan yang sejak sepuluh menit lalu menemani perjalanan menapaki jalur curam ini mulai terlihat merona ketika bulatan sempurna mentari pagi menyeruak dari kaki langit. Kuresapi hangatnya mentari pagi diantara udara pegunungan. Dan di atas sana puncak Mahameru menunggu ku untuk kembali melangkahkan kakiku.

Semeru dalam frame

Dulu pernah mendengar ungkapan Makin tinggi kita di puncak gunung, makin dekat kita dengan sang Pencipta. Perjalanan ke Semeru kemarin memang salah satu bentuk perjalanan ziarah bagi kami. Ketika menapaki jalur demi jalur tak jarang terucap doa doa dalam hati kami. Pun ketika kaki kami tiba di titik tertinggi, panjat syukur dan penuh haru kami bisa merasakan betapa indah semua ciptaan Nya

Semeru dalam frame

Langkah kaki kami semakin melambat ketika menapaki jalur menanjak dari oro oro ombo menuju ke ranu kumbolo. Berkas cahaya matahari terakhir sudah hilang ditelan kegelapan. Cahaya bintang sebagai gantinya berpendar menghiasi langit. Menuntun langkah kaki kami menuju ke tujuan. Dan di atas sana pendaran galaksi bima sakti seakan menemani kami melangkahkan kaki.

“Semakin gelap malam, semakin kita akan bisa melihat keindahan bima sakti” ujarku

Semeru dalam frame

Salah satu hal yang menyenangkan ketika melakukan perjalanan adalah bertemu dengan teman-teman baru. Seperti perjalanan ke semeru kemarin kami bertemu dengan 11 orang teman dari Malang yang juga melakukan perjalanan dengan waktu hampir bersamaan. Walau mereka berjalan lebih cepat tentunya dari kami. Bahkan ketika mereka turun dari puncak saya masih ngos-ngosan sambil cengir cengir merosot di jalur berpasir menuju mahameru mereka malah nambah meledeki, “sudah ditunggu teman-teman dari dua jam yang lalu lho mas”
Kami juga bertemu beberapa orang lain selama perjalanan kemarin. Team paduan suara yang selalu ceria ketika berpapasan di perjalanan. Dua orang dari Bali yang hobi motret juga walau cuma sampai ranu kumbolo saja.

Perjalanan akan lebih menyenangkan bila bisa saling berbagi dan bertemu dengan teman-teman baru.Dengan perjalanan di alam pula kita bisa saling tahu dan mengenal karakter masing-masing orang. jadi terus bepergian dan bertemu dengan teman-teman baru yang menyenangkan ya!!

Semeru dalam frame

Dalam perjalanan pulang Marsono menyempatkan membawa kembali sampah dari barang-barang yang kami bawa dan juga memunguti sampah berupa botol plastik minuman yang banyak berceceran di sepanjang jalur pendakian. “Kita naik cuma bawa 6 botol air minum, tapi pulang malah bawa 16 botol kosong air minum” seloroh Marsono sambil tergelak.

Teman-teman yang bepergian kemanapun juga, minta tolong jangan buang sampah di sembarang tempat ya, usahakan bawa kembali sampah-sampah kita supaya alam tetap indah dan lestari.

untuk foto-foto dalam resolusi lebih tinggi bisa dinikmati dari Google+ Landscape Indonesia

https://plus.google.com/u/0/communities/105016666497867598268