Minggu pagi kemarin dapat tawaran dari kakak untuk ikutan acara kemah keluarga bersama keluarganya di Kalisoro, Tawangmangu. “Kita berangkat minggu pagi dari rumah, sekitar jam 5.30 saja. Nanti sorenya kembali pulang.” Tujuannya selain refresing menghirup udara pegunungan juga untuk mengenalkan ketiga anak nya dengan alam dari kecil. Yang ikutan berangkat pagi itu, mas Satriyo, mbak Diah, dan ketiga anaknya Kael, Kayla dan Kevin serta ayah saya. Bertuju kami menyusuri jalan dari Solo menuju Tawangmangu. Kakak saya memang sejak dahulu menyukai kegiatan di alam. Dulu jaman sekolah sering aktif berjalan-jalan di gunung. Dan nampaknya darah alamnya mengalir ke anak-anaknya juga.

pemandangan bukit sebelah perkemahan

Saya terakhir ke Kalisoro kalau tidak salah jaman masih smp dulu.. udah hampir 20 tahun saya tidak mengunjungi Kalisoro ini. Sebenarnya kalisoro sendiri merupakan nama sebuah desa, sedangkan bumi perkemahannya disebut Sekipan. Menurut website pemkab Karanganyar (http://www.karanganyarkab.go.id/20111219/bumi-perkemahan-sekipan/) Sekipan dulunya bernama Sekar Jinggo, yang artinya”bunga yang berwarna jingga”. Tapi sekarang nama Sekipan memiliki arti tembak yang berasal dari bahasa Belanda. Dulunya kawasan ini sering dipakai untuk latihan menembak para tentara. tapi berdasarkan cerita rakyat, konon pada zaman Raja- raja, daerah ini merupakan tempat rekreasi dan berburu para Pangeran-pangeran dari Kraton Kasunanan Surakarta dan Keluarga Mangkunegaran. Tapi saya menyebutnya kalisoro saja karena dulu jaman smp saya tahunya namanya Kalisoro bukan sekipan :D.

pohon pinus menaungi kami

Walau lama tidak saya kunjungi tapi masih terasa tidak terlalu banyak yang berubah dari Kalisoro. Walau di sepanjang jalan menuju perkemahan sudah banyak berdiri vila dan kebun. Tumbuhan pinus menyambut kedatangan kami, menyaring matahari pagi yang menyentuh bumi, berdiri berjajar seakan tiang berjajar mencoba menggapai langit. Udara segar pegunungan memenuhi rongga paru-paru, kabut tipis masih menyelimuti punggungan bukit di seberang. Tak berapa lama tenda oranye pun sudah berdiri. Saatnya menikmati sejuknya udara kalisoro.

menghidupkan perapian untuk memasak air

berpose bersama

Di Kalisoro mengalir sungai yang jernih membelah bumi perkemahan. Dengan kontur pegunungan membuat sungai tersebut di beberapa titik menjadi air terjun mini yang menarik untuk diabadikan dengan kecepatan rendah. Tak berapa lama kemudian ketiga ponakan saya menyusul dengan kedua orangtuanya. Dan acara main air sungai pun dimulai. Kevin, ponakan terkecil saya yang masih berumur 2 tahun cuma sebentar bermain di sungai. Sedangkan Kael dan Kayla ditemani ayahnya mencoba berjalan menyusuri sungai menuju ke atas. memanjat batuan melewati air terjun mini, menghindari supaya tidak terperosok di tempat yang dalam. Mengasyikan juga bermain di air sungai yang jernih ini.

menyusuri sungai

menaiki bebatuan

awas jangan sampai kelpeset

Siangnya setelah mengisi perut, kamipun mencoba menyusuri jalan setapak menuju ke atas.Dengan membawa binokular sembari mencoba mengamati burung yang nyanyiannya kami dengar di sepanjang perjalanan.

bird watching

Jalan berbatu yang disusun rata makin lama menyempit dan berganti dengan jalur setapak tanah. Yang awalnya pohon pinus jarang berubah vegetasi menjadi pepohohan rapat dan jalur semakin menanjak. Karena kondisi cuaca yang mendung kami akhirnya memutuskan hanya sampai disini dan kembali pulang menuju perkemahan.

jalan menanjak

berpose

kabut menutupi punggungan bukit

Dalam perjalanan kembali ke solo, ketiga keponakan saya sudah terlelap pulas dalam alam mimpi mereka. Mungkin mereka sedang bermimpi merasakan segarnya aliran air di antara kaki dan sejuknya udara pegunungan menyelimuti mereka.

sungai kecil kalisoro dalam balutan slow speed

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *