Rabu pagi, setelah menjemput Agung di stasiun Purwosari, sekitar pukul 7 motor matic kami sudah bergerak menyusuri jalanan Solo – Karanganyar. Tujuan kami adalah air terjun di daerah Kemuning. Yang paling mudah dan dekat sih memang air terjun Jumog, dari pintu gerbang retribusi Kemuning ambil jalan belok kanan.

Mampir sebentar di dekat Karangpandan buat sarapan nasi rames. Sekitar pukul 9 kurang kami sudah tiba di depan air terjun Jumog. Tak disangka, walau kami berkunjung bukan hari libur pun air terjun jumog pagi itu sudah banyak pengunjung. Ada beberapa pengunjung yang mungkin mahasiswa dan mahasiswi asik berduaan di beberapa kursi yang memang dipersiapkan untuk pengunjung. Dan yang paling banyak kunjungan rombongan dari sekolahan yang asyik berbasah-basahan di depan air terjun. Saya dan Agung cuma bisa nyengir kuda, wah bakalan bocor di mana-mana nih 😀

air terjun jumog

Musti banyak-banyak akal supaya pengunjung tidak masuk ke dalam frame, salah satunya dengan menggunakan sudut rendah supaya pengunjung tertutup batu dan jembatan hehehehejumog versi mini

Karena memang kondisi di depan air terjun utamanya tidak memungkinkan untuk belajar slow-speed-an dengan baik dan benar maka kami mencari beberapa air terjun mini yang ada di beberapa sungai di bawah nya. Lumayan lah setelah beberapa lama tidak bermain-main dengan kecepatan rendah di air terjun bisa kembali mengingat-ingat beberapa tehnik nya.

Untuk bermain slow-speedan ada beberapa peralatan pendukung yang bisa mempermudah kita menghasilkan foto bernuansa aliran air selembut sutra. Filter ND atau CPL cukup membantu untuk mengurangi intensitas cahaya yang masuk ke dalam sensor kamera. Untuk latihan kemarin saya lebih banyak mengandalkan filter CPL (menurunkan 1-2 stop tergantung filternya) dan menggunakan bukaan kecil (f/22) untuk melambatkan aliran air.

jumog versi mini

Terlebih didukung cuaca yang agak mendung dan lokasi berada di kerimbunan pepohonan. Dengan speed kurang dari 1 detik kita sudah bisa membuat aliran air terjun menjadi selembut sutra.

Selain itu aspek utama dalam setiap foto landscape adalah komposisi. Saya masih mengandalkan aturan baku 1/3 untuk hampir semua foto slow speed-an kemarin.

POI (point of interest) juga perlu kita perhatikan. Karena kemarin POI-nya terlalu banyak (anak-anak sekolah yang bermain di air terjun :p) malah jadinya bocor :p. Jadilah bermain dengan batu dan daun sebagai latar depan.

tipis batas antara kreativitas dan kegaluauan

Agung, yang oleh teman-teman sering dijuluki mitos dan salah satu master foto galau malah punya ide menyusun satu demi satu potongan daun menjadi tulisan di atas batu. Kreatif atau sedang galau memang tipis batasnya.

i love you

Menjelang pukul 12, dengan semakin bertambah ramainya air terjun Jumog kami berdua kemudian bergegas pulang. Eh belum sampai parkiran sudah dihantam hujan deras. Akhirnya bersoto ria di warung sembari menunggu hujan reda. Belajar slow speed, menghirup udara segar dan refreshing sebelum kembali dikejar deadline kerjaan.

hijau nya alam

so where to go next ya ?