“Dimana favorit dive spot selama di Komodo?” Batu Bolong, Manta Point, dan salah satu antara Crystal Rock atau Castle Rock. Jawab para peserta dive trip dari Jakarta di Lalunia Liveaboard 8-13 Juni 2019 kemarin.

Highlight untuk trip diving rombongan om Anton dkk kali ini adalah diving, sunrise di Padar dan melihat komodo dragon. Rombongan berjumlah 7 orang dewasa dan 1 anak anak. Beberapa orang sudah sering diving dengan log lebih dari ratusan tapi ada juga yang masih open water. Jadi kami putuskan untuk membagi menjadi dua grup. Yang advance didampingi dive guide Ridzal sedangkan yang masih open water didampingi Sahrir.

Diving pertama sekaligus check dive mengambil lokasi di sekitar pulau Bidadari karena pertimbangan waktu keberangkatan dari Labuan Bajo yang sudah terlalu sore. Dive pertama sekitar pukul 5 sore dan sekitar 50 menit di dalam air cukup untuk pengenalan kembali peserta yang beberapa sudah agak lama tidak diving.

selfie di bidadari
selfie di bidadari

Kondisi dive spot pulau Bidadari miriplah sama pulau seribu. Banyak sedimen dan juga visibilitinya terbatas.

Hari kedua kami rencanakan tiga kali diving. Dive pertama di Sebayur kecil, tidak terlalu jauh dari pulau Bidadari.

bertemu teripang
bertemu teripang

Kondisi terumbu karang juga tidak terlalu bagus banget, tapi begitu turun pertama kami disambut cuttle fish yang tidak terganggu dengan kami berempat yang bergerombol mendekatinya.

visibility mirip lah sama pulau seribu

Jarak pandang juga cukup jauh sehingga kami bisa melihat jauh di depan kami. Beberapa anemon dengan clown fishnya kami lewatkan, begitu juga dengan puffer fish yang hilir mudik di antara batu karang.

Tak terasa 54 menit sudah kami menyelam di sebayur kecil. Dive log mencatat kedalaman 20 meter dan temperatur 28 C yang hangat.

Sesekali terlihat penyu yang melayang menjauh dari satu batu karang ke batu karang lainnya. Melewati kami yang hanya bisa menatap semakin menjauh.

meet the friendly turtle
meet the friendly turtle

Selepas sarapan pagi, dive kedua di Tatawa Besar. Kalau sebelumnya kami terpisah di dua rombongan. Di Tatawa Besar ini kami berkumpul menjadi satu, walau masing-masing tetap dengan dive guide mereka. Arus cukup membuat kami meluncur di sela sela batuan karang. Drift dive kami biasa menyebutnya.

Lion fish juga beberapa kali terlihat di antara bebatuan karang, berbaur dengan lingkungan, sengaja menunggu mangsa mereka lengah dan mendekat.

surf the current
surf the current

53 menit tercatat di dive log untuk penyelaman di Tatawa Besar kali ini dengan kedalaman 19.8 meter.

Dive ketiga berlokasi di Siaba Besar, salah satu tempat yang terkenal sebagai turtle paradise. Arus di Siaba besar cenderung tenang karena berupa teluk. Sehingga cukup nyaman bahkan untuk tingkat open water.

Kami sengaja turun tidak terlalu jauh dari terumbu karang keras berbentuk kubis yang menyerupai bukit. Bagian dasar berupa pasir putih.

walking in the deep
walking in the deep

Ibu Rosalina, salah satu diver wanita senior Indonesia sebelumnya berpesan untuk mengambil foto ketika di dasar pasir, berjalan dengan melepas finnya.

relax dive bro
relax dive bro

Diving di Siaba besar terasa seperti relaksasi. Arus tenang, banyak penyu yang lalu lalang dan ikan yang hilir mudik di antara terumbu karang.

cute cuttlefish
cute cuttlefish

Sesekali cuttlefish lewat membuat kami berhenti untuk mengagumi bagaimana berkamuflase merubah warna tubuh menyerupai sekitarnya.

meet the old friend
meet the old friend

Berfoto bersama penyu besar yang diam seakan tidak menggubris kehadiran kami salah satu highlight dari Siaba Besar. Saking banyaknya berjumpa penyu kami bahkan beberapa kali mengabaikan ketika melihat penyu yang melayang melewati kami untuk mengambil nafas di permukaan. Dan kembali lagi menyelam untuk berdiam diri lama di bawah air.

family portrait underwater
family portrait underwater

Pagi harinya kami bangun pagi untuk trekking menuju ke bukit Padar. Sekitar pukul lima pagi, perahu mengantar kami menuju ke dermaga Padar yang masih sepi belum ada pengunjung lain yang merapat.

enjoy sunrise at padar
enjoy sunrise at padar

Sekitar 30 menit berjalan melewati jalan setapak yang menurut informasi terdiri dari sekitar 800 anak tangga. Semburat kuning menyapa kami yang menunggu bulatan sang surya di ufuk timur.

beautiful girl with flores woven fabric
beautiful girl with flores woven fabric

Beberapa teman berpose dengan menggunakan kain tenun khas Flores yang mereka beli sebelum naik ke kapal Lalunia kemarin.

kangaroo style
kangaroo style

Setelah mentari muncul, semburat cahaya menyirami punggungan bukit di depan kami yang menjadi salah satu ikon Padar dengan tiga pantainya. Kembali kami mengambil pose untuk profil berlatar belakang bukit Padar.

Indonesia women are beautiful, aren't they ?
Indonesia women are beautiful, aren’t they ?

Audia, salah satu putri scuba Indonesia 2019 berinisiatif untuk berpose di antara padang rumput yang mulai kekuningan, disusul Tamara yang juga putri scuba Indonesia 2019 dan tak lama kemudian empat wanita cantik Indonesia pun berpose di bawah mentari pagi berlatar belakang padang rumput kekuningan.

Setelah sarapan tujuan berikutnya diving di sekitaran Padar, secret garden. Pada saat briefing, Sahrir, dive master Lalunia memberikan informasi mengenai temperatur air yang biasanya cenderung dingin. Kemungkinan suhu sekitar 23-25c.

Benar saja, begitu kami turun ke dalam air, terasa air yang dingin merayapi tubuh kami yang terbalut wet suit. Telapak tangan dan telinga yang tidak tertutup pelindung yang pertama mulai terasa dingin setelah lama di dalam air.

“Mas, bawa lensa macro” saran Sahrir sebelum briefing tadi. Lensa macro sigma 105mm pun menggantikan posisi lensa wide canon 16-35 mm yang selama ini berpasangan dengan kamera canon 5D mark ii untuk mengambil foto underwater.

Di awal penyelaman kami sudah disambut beberapa ikan surgeon fish yang bergerak bersamaan (schooling fish). Tak berapa lama kemudian scorpion fish bersembunyi diantara soft coral terlihat oleh kami. Lion fish juga terlihat berpasang-pasangan bersembunyi di antara dinding karang.

Bunyi bang bang terdengar tidak terlalu jauh dari kami, saya sempat lihat Ridzal, salah satu dive guide kami menunjuk ke arah permukaan. Saya yang saat itu masih sibuk mencari mahluk mahluk kecil di karang kurang terlalu memperhatikan apa yang menjadi bahan bang bang tadi.

Audia yang terlihat lebih sering mendekap tangan di depan dada kemudian mengajak kami naik, mengahkiri diving. Tercatat 41 menit dengan kedalaman 22,3 meter dan temperatur 23 C di dive computer.

Sesampai di perahu, beberapa teman dari regu Ridzal terlihat bercerita dengan bersemangat. “Tadi lihat schooling mobula rays ndak ? ada sekitar 30 an lewat di permukaan menuju ke blue” wah ternyata itu tadi yang mereka lihat ketika di bawah air.

Diving berikutnya kami naik lebih ke utara, mencari yang lebih hangat. Turun di depan pink beach yang dikenal dengan pasir berwarna merah mudanya.

Air terasa lebih hangat dibanding diving pagi tadi. 25C terlihat di dive computer. Kondisi sedikit berarus dan visibiliti tidak terlalu bagus. Tidak banyak yang bisa kami lihat di sekitar pink beach ini. Audia yang sedikit kesulitan dengan posisi pemberat dan bcd nya terlihat seperti kurang bisa menikmati diving kali ini. 30 menit kemudian kami sudah naik ke kapal dan meluncur ke bibir pink beach untuk bermain air di tepi pantainya.

full of red anthias at batu bolong
full of red anthias at batu bolong

Batu Bolong, salah satu spot favorit di Komodo menjadi tujuan diving untuk hari keempat. Sengaja menyelam cukup pagi, sekitar pukul 7 untuk menghindari penyelam dari daily trip berdatangan. Bisa bisa kami tidak banyak melihat kerumunan ikan tapi bubble yang melayang hahaha.

weightless
weightless

Kondisi air yang diperkirakan slack high tide memungkinkan kami untuk mengitari sisi batu bolong. Biasanya kita hanya akan bisa bermain di satu sisi yang terlindung dari arus air yang cukup kencang di bagian sisinya. Kadang terlihat down current di permukaan air apabila arus pas kencang.

isn't lovely place to dive ?
isn’t lovely place to dive ?

Beruntung arus cukup tenang ketika kami mulai turun di kedalaman 20an meter. Ikan anthias merah hilir mudik memberi warna menyala disepanjang sisi. Sesekali terlihat ikan Jack yang berenang cepat membuyarkan sekumpulan ikan yang berusaha menyelamatkan diri. Sesekali terlihat schooling fussilier berenang membentuk formasi biru terang.

Dua baraccuda besar terlihat diam di blue ocean, seakan mengamati kami yang berenang sembari melihat sekeliling. Hiu karang (entah white tips atau grey tips ya) terlihat diam di kedalaman di sekitar gua. Arus di sekitar gua walau tidak terlalu kuat, tapi berupa down current. Beberapa ikan terlihat berenang dengan posisi vertikal. Penunjuk kedalaman memberi peringatan untuk lebih berhati-hati ketika secara perlahan kami berangsur lebih dalam.

Muray eel terlihat melongokan kepalanya, membuka mulut, seakan menyapa, padahal sedang bernafas. Lion fish berwarna putih terlihat diam diatas hard coral, diam menunggu mangsa mendekat.

49 menit kemudian kami berkumpul kembali di perahu. “This is one of my favorit dive spot in Komodo” ucap om Julias ketika kami saling bertukar cerita di atas perahu yang membawa kami kembali ke Lalunia. Yup, Batu bolong buat saya juga salah satu dive spot favorit, bahkan saya menyebutnya kota bawah air, karena ramainya aktivitas di bawah airnya.

“Dilarang untuk menyentuh manta, karena mereka mempunyai lapisan pelindung, yang takutnya hilang ketika bersentuhan dengan kita, sehingga mereka lebih rentan terkena penyakit” Briefing untuk diving di manta point memberikan panduan Do and Don’t ketika menyelam dengan diving.

Selain itu kita juga tidak boleh berada di depan mereka ketika mereka sedang cleaning, dilarang mengejar mereka, posisikan di samping atau bawah manta. Jaga kontak mata dengan mereka, sehingga mereka tidak merasa terancam dan bisa berdiam lama di lokasi cleaning mereka.

Begitu kami turun di lokasi manta point, arus cukup kencang langsung membuat kami semua meluncur diatas permukaan yang berupa sisa sisa terumbu karang. Beberapa regu penyelam lain juga terlihat tidak jauh dari lokasi kami. Tujuan kami menyelam kali ini cuma satu, melihat manta rays.

manta.. mantaaaa
manta.. mantaaaa

Bang bang, bunyi pointer diketukan ke tangki membuat kami mencari siapa yang memberi tanda. Di depan kami dua manta, satu berwarna putih, satu hitam, terlihat melayang dengan anggun tidak terlalu jauh dari dasar. Mereka mengepakan tubuh mereka sesekali untuk mengimbangi arus yang bergerak berlawanan.

it's like airplane.. but underwater
it’s like airplane.. but underwater

Kami segera mengambil posisi masing-masing di belakang manta. Beberapa teman terlihat kerepotan untuk mencari lokasi yang sesuai, mencoba menambat dengan reef hook pun nampaknya tidak terlalu menjanjikan. Karena permukaan yang berupa pecahan karang tidak banyak yang cukup kuat untuk tambatan. Serapuh tambatan hati kita ketika mencoba mencari pasangan yang sesuai #eaaaa.

struggle for manta
struggle for manta

Om Julias yang turun kedua kalinya dengan menggunakan kamera sony rx100v dengan dua strobe inon z240 terlihat kesulitan untuk menjaga supaya tidak terseret arus. Tamara juga terlihat mulai bergerak mundur, ketika pointer yang ditambatkan ke dasar semakin merosot. Beruntung Ridzal membantu dengan mencari tambatan reef hooknya.

Damar yang berada di depan kami beruntung, salah satu manta melayang di atasnya. Perjumpaan pertama dan sedekat itu dengan manta pasti sangat berkesan.

Tak berapa lama, beberapa rombongan diver lain ikutan bergabung. Kami saling memberi tanda ke rekan lain untuk meninggalkan lokasi karena sudah terlalu ramai. Pointer yang menjadi tambatan ke dasar pun saya lepaskan, satu tangan memegang casing kamera, satu tangan memberikan salam perpisahan untuk kedua manta. See u again buddy !!

alternate air source after fight current
alternate air source after fight current

Dive ketiga untuk hari keempat ini di Golden Passage. Salah satu dive spot yang dikenal dengan arus dan drift divenya. Regu dibagi dua, yang pengalaman lebih banyak nanti akan mencoba untuk hook di salah satu spot untuk melihat schooling ikan yang lalu lalang, sedangkan tim yang masih sedikit pengalaman hanya akan mengikuti arus hingga nanti ke lokasi coral garden.

see you at other side
see you at other side

Sembari mengikuti arus kami sesekali melihat hiu black tip yang melayang pelan, rombongan ikan yang hilir mudik. Sayang jarak pandang yang kurang jauh membuat kami tidak terlalu banyak bisa melihat dengan jelas. Bahkan ketika Tamara memberi tanda tangan di atas kepala sembari menunjuk ke arah berlawan dengan arus, dan setelah kembali menengok ke depan, kami tidak melihat Sahrir, Audia dan Anna yang tadi di depan kami. Padahal paling hanya berjarak beberapa puluh meter. Kami mencoba mengikuti arus sembari memicingkan mata mencari tanda gelembung dari mereka. Beruntung setelah beberapa menit mengikuti arus kami melihat kembali gelembung di kejauhan. Dan kembali bergabung di coral garden sebelum melakukan safety stop.

fly me to the moon
fly me to the moon

Dive hari kelima, merupakan dive terakhir karena besok mereka sudah harus kembali ke Jakarta dengan pesawat. Untuk keselamatan dari PADI memberikan rekomendasi 18 jam no flight time, tapi kami sarankan paling tidak 24 jam supaya lebih yakin. Jadi untuk hari kelima kami hanya akan diving di 2 lokasi. Castle Rock dan Crystal Rock, salah satu dive spot ikonik lain di Komodo.

morning briefing
morning briefing

Dua dive spot yang dikenal dengan arus yang sering berganti ganti arah. Beberapa kali di Castle Rock saya harus membiarkan terlempat ke blue karena hantaman arus di sekitar puncak batu karangnya.

Kami turun dan langsung mencoba berenang melawan arus untuk tiba di dekat slope. Tapi sepertinya kami agak kesulitan melawan arus sehingga begitu tiba di slope kami sudah cukup kepayahan. Belum lagi ketika melakukan reef hook kami dihajar arus lagi yang cukup kencang.

fight the current
fight the current

Beberapa schooling ikan yang lewat di sekitar kami terlewat dari perhatian, yang ada hanya bagaimana bertahan di arus dan tidak terlepas dan terbawa arus ke blue. Om Julias juga sudah terlihat memberi tanda udara yang berkurang dan memutuskan untuk alternat air source dengan Ridzal.

Om Anton dan mbak Ina bahkan memutuskan untuk kembali ke permukaan dan dengan kapal mencari lokasi yang lebih tepat untuk bertemu kembali dengan grup di dalam air.

safety stop.. with current
safety stop.. with current

Dan ketika safety stop pun, kami masih harus berjuang. Ridzal menambatkan reef hook yang kemudian dicabang menjadi dua, sehingga bisa muat untuk tiga empat orang berpegangan dan tidak terlempar arus.

Setelah dirasa cukup pengalaman dihantam arus, dive guide memberi tanda untuk bersama sama naik ke permukaan. Kenangan tentang arus yang meleganda di Castle Rock sepertinya akan tetap bertahan lama di ingatan kami.

Dive terakhir di Crystal Rock juga cukup berarus, tapi berbeda dengan di Castle ROck, di Crystal Rock pertunjukan utama berupa ikan yang lalu lalang, tapi kita bisa menempatkan reef hook, sehingga lebih nyaman walau terkena arus.

White tip reef shark tampak berenang perlahan di arus yang kencang. Blue trevally tampak mengekor di belakang hiu, mungkin nyaman karena bisa lebih streaming, atau mungkin juga mencoba pendekatan dengan hiu, siapa tahu bisa perbaikan keturunan hahahaha.

Blue fussilier tampak berenang dalam rombongan, sebelum kemudian buyar ketika salah satu Jack berenang kencang ke arah mereka.

Kami menikmati seperti sedang menonton pertunjukan alam yang agung. Keindahan yang hanya bisa dirasakan dengan mengalami sendiri. Di satu sisi kami harus berjuang dengan arus, di sisi lain kami bersyukur bisa mendapatkan kesempatan untuk menikmati karya alam yang agung ini. Walau di akhir diving saya harus merelakan mouth piece saya separo sobek mencoba melawan arus tadi hahaha.

Dan setelah dirasa cukup, kami mulai melepaskan reef hook dan mengikuti arus yang membawa kami ke schooling jack fish. Tidak terlalu banyak dibandingkan ketika di Wakatobi, tapi tetap mempesona melihat mereka berenang dalam kesatuan. Tubuh perak mereka mengkilat ketika sinar matahari menembus permukaan air, amazing view.

thank guys !!

Dan tak terasa 6 hari 5 malam perjalanan diving kali ini harus berakhir. Kami melepas kepergian teman-teman baru sembari saling berucap pesan, ditunggu lagi di Komodo !!

Comments

  1. Pengalaman yang tak akan terlupakan selama perjalanan dengan Lalunia liveaboard… pemilihan spot yang sesuai dengan kemampuan tim… great diveguide… BONUS FOTOGRAFER HANDAL!!!

    Setelah beberapa saat bersama diatas kapal kami sangat nyaman dan merasa seperti di rumah sendiri… kamar yang nyaman dan bersih, makanan enak selalu tersedia… waah pokoknya terlalu banyak deh yang bagus..(bukan endorse ya..! ?)

    Thx my dearest friends Lalunia crew & semuanya..!! Liburan yang sangat berkesan 100%!!

Tinggalkan Balasan ke Julias A Komala Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *