Pianemo-raja ampat

Semenjak dikenalnya Pianemo sebagai versi mini-nya Wayag, alternatif untuk menikmati bukit bukit karang ala Wayag jadi lebih masuk budget. Terutama kalau kita menginap di Arborek.

Siapa yang tidak tahu ikon bukit karang berjajar yang sering muncul di papan promosi raja ampat. Wayag memang salah satu ciri khas raja ampat, bahkan beberapa open trip raja ampat mengagendakan wayag untuk sekedar berfoto dari atas dengan suasana pemandangan bukit kars khas raja ampat.

Tapi menuju Wayag dibutuhkan pengorbanan yang cukup panjang. Wayang posisinya terletak di “atas” raja ampat. Pastinya butuh waktu yang panjang dan biaya sewa kapal yang membengkak karena juga butuh bahan bakar yang cukup banyak.

Pianemo – Wayag mini

Sekitar satu jam dari Arborek menuju Pianemo dengan perahu. Sekalian diving di Melissa Garden dan sekitar Pianemo kami bersembilan pagi itu berada di perahu yang merasakan betapa terkadang alam bersikap tidak ramah kepada kita.

Angin, hujan dan gelombang bersekutu untuk menyambut perahu kami yang dalam perjalanan menuju ke Pianemo. Beberapa kali kami harus terhempas ketika melawan gelombang.

Tapi beruntung begitu tiba di sekitar Pianemo angin dan gelombang mereda, menyisakan gerimis ketika perahu kami bersandar di dermaga Pianemo.

Tubuh tubuh yang menggigil karena sebelumnya melakukan penyelaman ditambah cuaca mendung dan gerimis. Begitu kami menyantap kudapan pisang goreng dan kue yang dibawakan guide, hujan mulai turun semakin deras. Kami berlindung di bawah atap rumah-rumahan yang tersedia di sekitar dermaga.

Dermaga Pianemo

Pianemo-raja ampat
Dermaga Pianemo

“Nanti naik ke atas kita menunggu giliran agak sepi dulu saja” saran Githa melihat tadi di dermaga Pianemo di sebelah masih ramai dengan pengunjung.

Begitu hujan mulai mereda, kamipun mulai menyusuri tangga demi tangga yang cukup terjal. Sepertinya yang kami naiki merupakan jalur yang lama, cukup membuat otot kaki meregang ketika melangkah menapaki anak tangga yang semakin curam.

Jalur baru, yang kami lihat di sebelah tempat perahu kami bersandar, lebih lebar dan lebih landai, jadi lebih cocok untuk semua umur. Kalau yang jalur lama, kecil dan tanjakan semua minim bonus.

View dari  atas Pianemo

Pianemo-raja ampat
View dari atas Pianemo

Tapi otot kaku di kaki terbalas dengan pemandangan dari atas. Di bagian atas terdapat panggung pengamatan dari kayu dengan pagar di sekelilingnya. Jadi cukup aman walau saat itu hujan kembali turun begitu kami tiba di atas.

Susunan batu karang tersusun acak. Bukit batuan hitam dengan pepohonan menghiasi sekelilingnya berpadu dengan warna air yang bervariasi dari biru toska hingga biru tua. Rasanya ingin menaiki satu demi satu bukitnya dan berdiam di atasnya.

Pianemo-raja ampat
View dari atas Pianemo

Sayang hujan sehingga tidak bisa menerbangkan drone di sekitar Pianemo ini. Cukuplah beberapa jepretan kamera canon 6D yang menjadikan kenangan bahwa kami pernah berada di sana.

Pianemo-raja ampat
Berpose di atas Pianemo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *