2 hari kemarin diminta bantu teman-teman di TFT untuk mengadakan workshop foto mengenalkan dan berbagi pengalaman bagaimana membuat foto yang menarik ketika sedang di lapangan. “Biasanya kalau sepulang kegiatan foto yang dikumpulkan berupa foto bersama macam foto keluarga itu mas” info mbak Hera ketika sebelumnya kami bertemu di salah satu sudut warung kopi di bilangan Senayan.

Dari saling bertukar ide tentang workshop foto, akhirnya saya dan bang Rudy Pinem akan saling berbagi pengalaman memotret selama dua hari, hari pertama lebih ke brainstorming kesulitan yang mereka hadapi, teori dasar fotografi dan genre street fotografi yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk praktek di hari kedua. Lokasi hari pertama di kantor TFT di Kuningan dan hari kedua praktek di kota tua dengan pertimbangan bisa mempraktekan banyak hal baik dari sisi pendalaman teori dan langsung praktek street fotografi.

Beberapa peserta yang ikut workshop foto sebagian mempunyai kamera dslr tapi lebih banyak yang masih di tahap menggunakan belum sampai menguasai. Sedangkan sisanya masih menggunakan handphone sebagai media dokumentasi perjalanan mereka. Ndak ada masalah sih, peralatan kan walau cukup membantu bukan menjadi salah satu aspek utama dalam mendokumentasikan suatu kegiatan.

Workshop foto membahas mengenai teori dasar fotografi seperti apa itu fotografi yang berasal dari bahasa Yunani photos dan grafo yang berarti melukis dengan cahaya sehingga yang utama dari fotografi adalah pencahayaan, bukan peralatan. Dan yang berkali kali ditekankan adalah dalam fotografi tidak ada benar dan salah, semua kembali ke apa yang ingin fotografer hasilkan.

Bagaimana sensor kamera menangkap dan mengukur cahaya dalam bentuk exposure. Apa saja elemen yang membentuk segitiga exposure yaitu ISO, Apperture dan Shutter kemudian menjadi santapan berikutnya. Bagaimana ketiga elemen tersebut selain menjadi penentu exposure kita juga bisa menjadi salah satu elemen untuk kreatifitas foto yang ingin kita hasilkan.

Shutter speed berhubungan langsung dengan kecepatan, jadi kita bisa menentukan apakah akan mengambil obyek yang bergerak supaya terlihat diam, atau biarkan dalam keadaan bergerak sehingga lebih dinamis. Apperture berhubungan dengan ketajaman dan bokeh. Sedangkan ISO berhubungan dengan sensitifas sensor menangkap cahaya dan berguna ketika memotret dalam kondisi cahaya rendah.

Setelah itu beberapa contoh pedoman komposisi yang bisa digunakan untuk menjadikan foto kita lebih menarik, walau bukan aturan saklek yang harus selalu digunakan. Mulai dari yang sederhana seperti aturan sepertiga (rule of third), simetri, foreground yang menarik, frame, leading line, pola dan tekture, fill the frame, negative space, warna, dll.

Beberapa tehnik pengambilan foto juga dibahas dalam workshop foto seperti sudut rendah, sudut tinggi, kecepatan rendah, kecepatan tinggi dan panning untuk memperkaya cara mendapatkan foto yang berbeda.

workshop foto

Setelah itu share dari bang Rudy Pinem tentang street photography dan metode EDFAT (entire, detail, frame, angle, time) dengan beberapa contoh hasil fotonya.

Salah satu contohnya adalah foto ketika gempa di Padang. Foto bangunan yang runtuh dengan latar depan pengendara motor vespa yang terkaget. “saya menunggu ada yang lewat di depan bangunan supaya foto jadi terlihat lebih menarik. Pada saat itu gempa susulan masih sering terjadi. Dan pada saat itu ada pengendara yang lewat dan terkejut. Seketika itu saya jepretkan kamera.”

workshop foto

Acara hari pertama ditutup dengan tanya jawab dan praktek memotret obyek secangkir kopi dan biji kopi sambil mencoba mempraktekan beberapa teori yang sudah dipelajari tadi.

workshop foto

Hari kedua kami bertemu di kota tua untuk hunting foto sembari belajar mengenal peralatan, mencoba teori yang didapat kemarin dan mengasah kemampuan menangkap momen. Di awal kami membahas beberapa setingan kamera yang bisa dimanfaatkan ketika melakukan pemotretan. Seperti misalnya mode di kamera, ada auto, program, Tv, Av dan Manual. Bagaimana masing-masing mode bisa digunakan untuk membantu mendapatkan foto yang sesuai dengan kita inginkan. Bagaimana cara mengatur white balance supaya bisa menghasilkan foto dengan warna yang akurat sesuai dengan kondisi di lapangan.

Setelah itu para peserta berpencar mencoba mencari foto. Mencoba menangkap kota tua dalam komposisi yang mereka inginkan. Ada yang menangkap sepeda warna warni yang lalu lalang di sekitar, anak-anak sekolah yang berkelompok berkunjung ke beberapa museum di sekitar, para mahasiswa seni lukis yang mendapat tugas menggambar, dan aktivitas lainnya yang banyak kita temukan di setiap sudut kota tua.

Menjelang sore, mendung semakin melingkupi lingkungan kota tua. Menjadikan background bangunan kota tua menjadi semakin eksotis dengan tekture awan gelap yang berkumpul. Walau tak lama setelah itu rintik hujan berubah menjadi tetes air yang semakin deras membasahi bumi. Kami berlarian menuju salah satu bangunan yang dialih fungsikan menjadi warung kopi. Memesan minuman sembari mengakusisi salah satu sudut di lantai atas dekat jendela untuk berdiskusi.

“Awalnya saya bingung mau memotret apa, karena banyak sekali yang tersedia di depan mata” ucap mas Fian ketika diminta sharing pengalaman hunting barusan. “ketika tiba di lokasi tidak perlu terburu buru mengeluarkan kamera dan memotret semuanya, coba mundur, melihat sekeliling untuk mencari apa yang menarik, baru setelah itu kita memotret” nasihat bang Roed.

Hujan mulai mereda ketika waktu menunjukan pukul lima sore. Saatnya kami berpamitan untuk kembali ke rumah. Walau setelah itu kami masih terlihat berjongkok jongkok di salah satu genangan sisa hujan tadi. Mencoba belajar membuat foto refleksi, memanfaatkan apa yang ada di lingkungan sekitar.

Mudah-mudahan 2 hari workshop fotografi untuk teman-teman TFT ini bisa menjadi bibit motivasi untuk mau mulai mengabadikan setiap momen baik dalam perjalanan maupun kejadian sehari-hari. Dan tentunya foto foto yang tidak sekedar foto keluarga tapi foto yang bisa bercerita, foto yang tidak sekedar foto asal jepret.

Ditunggu karya karya nya di majalah Spark nanti ya !

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *