Perjalanan menuju gunung Dempo dimulai dari pabrik teh di pagar alam. Setelah sebelumnya bertemu dengan pak Anton, atau biasa dipanggil ayah Anton, salah satu sesepuh pendakian gunung di Pagar Alam. “Ke kampung 4 bisa sih bang dengan mobil pribadi, tapi jalannya kurang bagus. Takutnya sopirnya kalau tidak terbiasa agak sulit.” ucap Maman, salah satu teman yang kami temui di pagar alam.

Perjalanan ke Gunung Dempo ini tidak seperti perjalanan ke gunung – gunung sebelumnya yang sudah direncanakan jauh jauh hari. Saya sendiri baru dapat informasi kurang dari seminggu keberangkatan.Â

“Bek, aku ditawari temanku, Marko yang di Palembang untuk naek gunung Dempo.” Siang itu agak sedikit mendung ketika ada telpon masuk dari Marsono. “Kalau aku dapat ijin dari istri dan sekolahku aku berangkat, tapi kalau salah satu tidak dapat ijin kamu yang berangkat ya” tambahnya lagi “O iya, kalau jadi ke gunung Demponya minggu depan” imbuhnya lagi.

Dan beruntungnya ijin dari sekolah maupun istri Marsono bisa segera keluar dan di acc. Rencana berangkat ke Palembang hari Jumat siang, selepas Marsono, pak guru SD ini selesai mengajar.

Segera setelah itu tujuan kami berikutnya hunting tiket pesawat murah dari Solo menuju Palembang. Beruntung saat sudah ada website yang menyediakan fasilitas pencarian tiket promosi pesawat terbang. Kami segera mencari informasinya dari tiket2.com dan menemukan ada penerbangan dari Solo menuju Palembang. “Pakai pesawat siang atau sore saja bek, biar paginya saya masih bisa masuk sekolah” syarat Marsono. Dan kami menemukan penerbangan siang hari dengan satu kali transit di Jakarta dan tiba di Palembang sore harinya.

tiket2

Setelah tiket dan ijin ditangan saatnya melakukan riset awal, belajar dari kebodohan perjalanan susur pantai tahun lalu yang tanpa persiapan yang cukup membuat kami kapok lombok. Gunung Dempo merupakan gunung api tertinggi di Sumatera Selatan yang masih aktif. Jalur pendakian yang paling umum digunakan berada di Kampung 4, Pagar Alam. Palembang – Pagar Alam sekitar 6-8 jam perjalanan menggunakan kendaraan.

Ketika melihat medan pendakian yang diunggah di beberapa blog perjalanan dan media sosial, terlihat jalur yang terjal dan di beberapa tempat butuh bantuan tali untuk melewatinya. Agak ngeper juga sebenarnya karena melihat medannya butuh latihan fisik tidak sekedar langsung naik tanpa persiapan nih. Tapi waktu yang cukup pendek memang kurang optimal untuk berlatih. Tapi naik gunung selain fisik juga butuh mental kan. Dan kapan lagi keluar dari zona nyaman kalau kita tidak mau mencobanya. So deal. Kita ke Gunung Dempo.

– – –

Perjalanan dari Palembang menuju Pagar Alam dimulai pagi hari, sekitar pukul 5.30 pagi. Perjalanan lancar, sesekali kami berhenti sejenak untuk sarapan pagi dan makan siang, serta membeli nanas yang manis banget seharga 10 ribu dapat 3 buah, besar besar lagi. “Kita buka satu di sini, yang dua nanti kita bawa buat dimakan di puncak Dempo” usul Marsono.

gunung dempo kampung 4gunung dempo kampung 4

Sekitar 7 jam perjalanan dan tibalah kami di tempat pak Anton di depan pabrik teh Pagar Alam. Dan karena pertimbangan kondisi jalan yang kurang bagus menuju Kampung 4 akhirnya kami putuskan untuk menumpang truk yang biasanya digunakan untuk mengangkut teh bareng rombongan 9 orang dari salah satu perguruan tinggi di Palembang. “Kalau ramai ramai begini lebih hemat bang, biasanya perorang cuma perlu bayar 15 ribu” tambah Maman lagi ketika kami utarakan niat kami untuk ikut truk sampai ke kampung 4.

Ber dua belas, akhirnya kami naik ke bak belakang truk. Ransel ditaruh berjejer di pinggir truk. Beberapa orang memilih untuk duduk di atas bagian depan truk. Sedang kami bertiga di bagian belakang. Perjalanan dari pabrik teh menuju pertigaan menuju Kampung 4 berkelok kelok menaiki bukit. Berkali kali kami terombang ambing ketika truk dengan kecepatan sedang melaju melibas belokan. Terkadang teriakan teman-teman di depan “awas kepalaa” mengingatkan kami untuk segera menundukan kepala supaya tidak terkena pepohonan yang berada di atas kepala kami.

Begitu masuk ke jalan perkebunan teh, perjalanan yang sebenarnya baru dimulai. Jalan berbatu tidak rata membuat badan truk terguncang guncang keras. Ransel yang tadinya rapi tertata di satu sisi terlempar ke sana kemarin mengikuti arah gerakan goncangan. Kami yang tadi masih bisa sedikit berleha-leha di dalam bak truk terpaksa harus berpegangan erat pada sisi bak truk supaya tidak ikutan terlempar. Jangan berpegangan erat, tapi santai saja mengikuti pergerakan.

gunung dempo kampung 4

Terkadang kami terloncat ketika truk melindas jalan berlubang yang banyak kami temui sepanjang perjalanan. Teman-teman yang tadinya duduk di atas kap truk berloncatan ke dalam bak truk karena situasi memang kurang kondusif kalau tanpa ada pegangan yang cukup kuat.

gunung dempo kampung 4

Walau susah payah terombang ambing tapi masih tawa ketika melihat teman terpental karena kurang siap memegang sisi truk ketika tiba-tiba truk berguncang keras. Tawa khas orang orang yang sudah terbiasa menemui perjalanan yang kurang nyaman, jalan pedesaan yang memang masih belum tersentuh halusnya hot mix.

gunung dempo kampung 4

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *